Mohon tunggu...
Nanda Astria
Nanda Astria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa universitas Pamulang

Mahasiswa prodi sastra Indonesia - fakultas sastra, universitas Pamulang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Makna Dan Fungsi Hitungan Weton Jawa

18 Desember 2023   22:08 Diperbarui: 18 Desember 2023   22:11 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), weton terdiri dari lima hari pasaran Jawa, yaitu Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon. 

Weton Jawa adalah sistem perhitungan hari kelahiran seseorang yang digunakan untuk meramalkan nasib seseorang dan berbagai keputusan-keputusan nasib pernikahan, kelahiran, dan tanggal-tanggal tertentu. 

Dalam pernikahan, weton Jawa digunakan untuk mengetahui kecocokan antara calon pengantin. Setiap orang memiliki weton yang dihitung berdasarkan gabungan antara hari umum dan hari pasaran saat ia dilahirkan ke dunia.

 Tata cara menghitung weton Jawa untuk pernikahan melibatkan menjumlahkan weton masing-masing dari calon pengantin. Setelah itu, jumlahkanlah weton keduanya untuk mendapatkan angka yang memiliki makna tersendiri. 

Contoh hitungan weton Jawa untuk pernikahan meliputi Wasesa Segara, Tunggak Semi, Satriya Wibawa, Sumur Sinaba, Satria Wirang, Bumi Kepetak, Lebu Ketiyup Angin, dan lain-lain. 

Masyarakat Jawa masih meyakini bahwa menghitung weton jodoh dapat memberikan informasi tentang perjalanan hidup seseorang, termasuk ketika menjalani pernikahan.

Ramalan yang dihasilkan dari weton Jawa dalam pernikahan mencakup berbagai kemungkinan, seperti keharmonisan, keluhuran, kemakmuran, keselarasan, dan lain-lain.

Contohnya, "Wasesa Segara" menandakan keluhuran, "Tunggak Semi" menunjukkan kemakmuran, dan "Satriya Wibawa" melambangkan keharmonisan. Selain itu, terdapat pula ramalan seperti "Sumur Sinaba" yang menandakan keselarasan, "Satria Wirang" yang melambangkan kemakmuran, dan "Bumi Kepetak" yang menunjukkan keharmonisan. 

Jika weton Jawa dari calon pengantin jatuh di pegat, yang memiliki angka 1, 9, 10, 18, 19, 27, 28, atau 36, maka pasangan tersebut dianggap tidak cocok dan mungkin akan menghadapi masalah dalam pernikahan, seperti perselingkuhan atau perceraian. Namun, percayalah bahwa jodoh terbaik hanya berdasarkan pilihan Tuhan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi perkawinan yang jatuh di pegat, seperti menggunakan unsur-unsur seperti sanggar waringin, lembu katiup angin, dan bumi kapetak. Selain itu, penting untuk diingat bahwa weton Jawa hanyalah salah satu faktor yang dapat dipertimbangkan dalam memilih pasangan hidup, dan keputusan akhir tetap berada di tangan calon pengantin sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun