Mohon tunggu...
Nanda Karuniko
Nanda Karuniko Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perspektif Pendidikan Paulo Freire dalam Memandang Pembelajaran Jarak Jauh Masa Pandemi Covid-19

19 Desember 2022   20:35 Diperbarui: 19 Desember 2022   20:52 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan yang digagas oleh Paulo Freire adalah sebuah pendidikan yang membebaskan yakni pendidikan yang bersifat humanis. Pendidikan yang humanis dalam artian pendidikan yang memanusiakan manusia dan menjadikan pendidikan sebagai proses pembebasan. Freire mengemukakan bahwa pendidikan harusnya berorientasi pada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri, dimana pengenalan ini bukan hanya bersifat objektif atapun subjektif, melainkan sekaligus keduanya objektif dan subjektif. 

Kebutuhan objektif untuk merubah keadaan yang tidak manusiawi senantiasa juga memerlukan kemampuan subjektif. Subjektivitas dan objektivitas merupakan proses dialektif yang ajeg dalam diri manusia dan dalam hubungannya dengan kenyataan yang saling bertentangan yang harus dipahaminya. Dalam hubunganya dengan proses dialektika yang ajeg maka pendidikan haruslah memenuhi 3 unsur, yaitu: tenaga pendidik, siswa atau peserta didik dan realitas dunia. Dimana tenaga pendidik dan peserta didik merupakan subjek sadar, sedangkan realitas dunia adalah objek yang disadari (Wahid, 2011:103-104).

Pembelajaran jarak jauh memang memiliki keunggulan yakni proses pertukaran informasi antara pendidik dan peserta didik masih dapat berlangsung walaupun melalui perantara digital tanpa harus melakukan pertemuan tatap muka, namun pembelajaran jarak jauh masih sering dianggap tidak memberikan hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran, pembelajaran jarak jauh masih menyediakan banyak celah yang harus diperbaiki. Pembelajaran jarak jauh lebih sering tebatas pada alur komunikasi satu arah saja, yakni menjadikan peserta didik sebagai objek semata. 

Para pendidik kerap kali memberikan materi dalam bentuk word dan power point saja tanpa memberikan penjelasan yang berarti, disertai dengan pemberian tugas yang porsinya tidak sesuai dengan apa yang diajarkan, sehingga proses pembelajaran terkesan diatur sepihak oleh para pendidik dan peserta didik dituntut untuk patuh dan harus menguasai materi pembelajaran. Pendidikan yang seperti ini menurut Paulo Freire merupakan pendidikan yang mengarah pada dehumanisasi pendidikan.

Paulo Freire mengkritik tajam pendidikan yang seperti ini yang beliau katakan sebagai pendidikan gaya bank, dimana proses pembelajaran hanya seperti proses menabung. Pendidikan gaya bank memposisikan pendidik seperti nasabah, dan peserta didik dijadikan sebagai brankas tempat menyimpan uang nasabah. Materi yang diberikan oleh pendidik dikesankan sebagai uang yang disimpan dalam brankas. Proses penyampaian materi yang seharusnya dapat memancing daya kritis peserta didik, justru malah menjadi beban bagi peserta didik. Peserta didik hanya diharuskan untuk menghapal materi yang diberikan tanpa diberikan ruang untuk dapat mengolah dan memberikan pemahaman menurut sudut pandangnya.

Dalam pendidikan gaya bank juga memandang bahwa pendidik tahu segalanya dan peserta didik tidak tahu apa-apa, yang semakin memperjelas bahwa seorang peserta didik tidak boleh untuk melanggar perintah pendidik dan harus patuh dan menyesuaikan dengan apa yang disampaikan oleh pendidik. Jika keadaan ini berlangsung secara terus menerus maka akan mematasi dan membekukan nalar kritis peserta didik, meniadakan nalar kreatif dan menghilangkan karakter peserta didik.

Menurut freire untuk dapat lepas dari belenggu pendidikan gaya bank dibutuhkan pendidikan yang membebaskan, pendidikan yang humanis dimana terjadi pertukaran informasi dua arah antara pendidik dengan peserta didik. Dengan mengutamakan dialog dan interaksi antara pendidik dengan peserta didik maka akan tercipta sebuah interaksi yang dialektis, dari sinilah pendidikan akan menumbuhkan kesadaran dan daya kritis, bukan hanya menumbuhkan budaya bisu peserta didik. Dengan pendidikan yang dialogis pembelajaran bukan hanya tranfer ilmu pengetahuan semata tetapi dapat menghasilkan pendidikan yang berkarakter sehingga menjadikan manusia sebagai manusia yang seutuhnya.

Kesimpulan

Merebaknya pandemi Covid-19 ke seluruh penjuru dunia memang merubah berbagai tatanan yang sudah ada sebelumnya, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan. Pendidikan seakan dipaksa untuk bisa beradaptasi dengan teknologi digital untuk tetap bisa melangsungkan proses pembelajaran. Pembelajaran konvensional secara tatap muka tidak bisa lagi dilakukan dengan alasan kesehatan, dengan demikian pembelajaran jarak jauh pun mau tidak mau harus diberlakukan walaupun dengan berbagai celah dan ketidaksiapannya. 

Di satu sisi hal ini merupakan kemajuan dari dunia pendidikan, namun di sisi lain pembelajaran jarak jauh ini juga membuat manusia menjadi terasing. Dari pemaparan diatas mengenai konsep pendidikan humanis yang dikemukakan oleh Paulo Freire dalam memandang pembelajaran jarak jauh, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran jarak jauh yang saat ini dilaksanakan masih jauh dari kesan humanis karena tidak sedikit dijumpai proses pembelajaran yang komunikasinya satu arah saja dan peserta didik tidak memiliki ruang untuk dapat mengembangkan nalar berpikirnya. 

Pembelajaran jarak jauh masih menyisakan berbagai persoalan, masih terjadi bentuk-bentuk penindasan, peserta didik hanya dijejali materi dengan tidak diberikan penjelasan yang memadai dan beban tugas yang porsinya tidak sesuai dengan apa yang diajarkan. Untuk dapat lepas dari belenggu dehumanisasi pendidikan ini dibutuhkan pendidikan yang membebaskan, pendidikan yang humanis dimana terjadi pertukaran informasi dua arah antara pendidik dengan peserta didik. Dengan mengutamakan dialog dan interaksi antara pendidik dengan peserta didik maka akan tercipta sebuah interaksi yang dialektis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun