Untuk membatasi inflasi, mencapai lapangan kerja penuh, atau meningkatkan kemakmuran, kebijakan moneter suatu negara melibatkan pengendalian jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter suatu negara berbeda dari kebijakan negara lain dalam praktiknya.
Bank sentral merupakan satu-satunya lembaga keuangan milik pemerintah di Indonesia yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan dan mengawasi lembaga keuangan lainnya. Bank sentral menerapkan pengaturan dan pengawasan ini untuk mengamankan operasi lembaga keuangan ini dan dengan demikian mendorong lingkungan ekonomi yang stabil. Tugas utama bank sentral adalah mengatur jumlah uang yang beredar dalam perekonomian.
 Ada dua kategori kebijakan moneter, kebijakan moneter kuantitatif dan kebijakan moneter kualitif. Tujuan utama dari kebijakan moneter kuantitatif adalah untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar dan suku bunga dalam perekonomian.
 Tiga kegiatan membentuk kebijakan moneter, yang bersifat kuantitatif: (1) Membeli dan menjual surat-surat berharga di pasar saham. Proses ini dikenal sebagai operasi pasar terbuka, (2) mengubah suku bunga dan diskonto yang harus dibayar oleh bank komersial, dan (3) mengubah cadangan minimum yang harus mereka pertahankan.
 Dengan mengadopsi sistem nilai tukar mengambang, Bank Indonesia secara formal menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai tujuan utamanya. BI memiliki kekuatan untuk melaksanakan kebijakan moneter dengan menetapkan target moneter sebagai bagian dari upaya menjaga target tingkat inflasi yang ditetapkan pemerintah. Secara operasional, pengendalian tujuan moneter ini menggunakan alat-alat termasuk menetapkan tingkat diskonto, menetapkan cadangan wajib minimum, menetapkan struktur kredit atau biaya, aktivitas pasar terbuka di pasar uang dan valuta asing, dan lainnya.
 Transmisi kebijakan moneter menuju tujuan akhir terjadi dalam banyak interval yang panjang. Ini berkaitan dengan bagaimana berbagai indikator ekonomi dan keuangan berkorelasi, dan bagaimana hubungan tersebut selalu berkembang untuk mencerminkan keadaan ekonomi negara yang bersangkutan. Peranan saluran uang secara tipikal masih mendominasi dalam perekonomian tradisional, dimana peran perbankan masih dominan dan produknya masih sederhana, dengan struktur hubungan antar kegiatan ekonomi yang agak tidak stabil. Namun, seiring dengan pertumbuhan bank dan pasar keuangan, produk keuangan dan jenis transaksi yang lebih beragam telah muncul.
 Mirip dengan ekonomi terbuka, tren ekonomi dan keuangan internasional akan berdampak pada perkembangan ekonomi dan keuangan negara. Dampak tersebut dapat terjadi antara lain sebagai akibat dari variasi nilai tukar, volume ekspor dan impor, atau aliran dana masuk dan keluar yang cukup besar dari negara tujuan. Akibatnya, saluran lain seperti suku bunga, kredit, dan nilai tukar mata uang memainkan peran yang semakin besar. Saluran harga aset lainnya, termasuk obligasi dan ekuitas, serta saluran ekspektasi juga harus diperhitungkan.
Sebagai alat utama untuk mempengaruhi kegiatan ekonomi, Bank Indonesia menggunakan kebijakan BI untuk pada akhirnya menargetkan inflasi. Mekanisme kebijakan moneter adalah proses dimana penyesuaian BI berdampak pada inflasi.
 Mekanisme ini menjelaskan aktivitas yang dilakukan Bank Indonesia melalui penyesuaian instrumen moneter dan tujuan operasionalnya, yang berdampak pada berbagai variabel ekonomi dan keuangan dan pada akhirnya berdampak pada inflasi. Interaksi antara bank sentral, perbankan dan sektor keuangan, serta sektor riil merupakan mekanisme transmisi kebijakan moneter. Ada beberapa cara di mana mekanisme ini dapat beroperasi, termasuk:
1) jalur moneter langsung
Penguasaan uang primer atau base money oleh bank sentral sesuai dengan tujuan akhir yang ingin dicapai merupakan langkah awal dalam mekanisme transmisi melalui jalur moneter langsung. Dengan prosedur penggandaan, mata uang dasar ini kemudian didistribusikan ke seluruh jumlah uang yang beredar sesuai dengan permintaan. Selain itu, karena terkait dengan pemenuhan kebutuhan transaksi ekonomi, jumlah uang yang beredar akan berdampak pada kegiatan ekonomi, khususnya inflasi dan output riil.