Mohon tunggu...
Nanda Teefa
Nanda Teefa Mohon Tunggu... -

penikmat durian....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bimbel tak Lebih Baik daripada Sekolah

16 April 2013   16:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:06 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mungkin, bagi sebagian teman-teman yang mampir membaca note ini, judul ini lumayan "ekstrim". Well, note ini hanya sarana pendapat, dibuat dengan murni sebagai suatu point of view dari suatu wacana yg timbul (dan mungkin banyak beredar dalam pikiran masyarakat).

Tulisan ini muncul setelah saya membaca halaman Opini Jawa Pos, Senin 15 April 2013. Banyak kutipan yang ketika saya membacanya, saya hanya bisa tersenyum simpul...

Prof Zainuddin dalam pesan ke grup BBM Dewan Pendidikan Jawa Timur mengungkapkan: "Sudah tiga di antara enam guru senior yang bilang belajar di bimbel lebih baik daripada di sekolah" (Jawa Pos, 15 April 2013)


Yang sebenarnya ingin saya tahu sebenarnya adalah definisi dari "guru senior" dalam bacaan ini. Siapakah guru senior di sini? Apakah mereka adalah orang-orang yang "sudah lama" berkecimpung dalam dunia pendidikan? Ataukah mereka adalah guru yang sudah "sepuh", yang di tempatnya menjadi orang terpandang? Agak ironis memang jika menilik kenyataan bahwa mereka yang mencuatkan pernyataan panas ini adalah calon kepala sekolah SMA. Lepas dari siapa guru senior tersebut, saya ingin kembali menyoroti pendapat yang saya anggap ekstrim tersebut, seekstrim judul yang saya buat ini.

Saya masih ingat, ketika pelantikan pengawas UNAS tahun lalu, seorang pejabat Diknas (saya lupa namanya), menyatakan:



Sekolah tetap menjadi tempat utama dalam mencari ilmu. Jika ingin mendalami materi, bisa dengan mengembangkan diri dengan masuk ke *sebut nama beberapa bimbel*


Jika alasan guru senior tersebut menyatakan bahwa bimbel lebih baik daripada sekolah, hal itu bisa dibenarkan JIKA yg beliau maksud "lebih baik" adalah dari sisi kognitif. Bimbel memang unggul dalam hal kognitif karena memang tugas utama sebuah bimbel, menjadi tempat pendalaman materi, pengembangan diri dengan variasi soal yang tidak diperoleh di sekolah. Namun, banyak hal, BANYAK HAL yang tidak mungkin didapat seseorang jika dia hanya "hidup" dalam bimbel tanpa mengenal sekolah secara luas...

Pendidikan kecakapan hidup memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional unttuk bekerja atau usaha mandiri (UU Sisdiknas 20/2003 pasal 26 ayat 33) (Jawa Pos, 15 April 2013)


Merunut kutipan di atas, beberapa hal yang tidak bisa didapat dari sebuah bimbel adalah "kecakapan personal dan sosial". Pengalaman saya sebagai tentor di salah satu bimbel, membuat saya mengenal sedikit banyak tentang "kehidupan" di dalam arena bimbel. Tidak seperti sekolah, bimbel tidak memberikan kecakapan personal dan sosial kepada siswa-siswinya. Kecakapan dalam bersosialisasi, bagaimana etika menghormati seseorang yg lebih tua; bagaimana menggunakan bahasa kepada lawan bicara; bagaimana bersikap layaknya seorang remaja berpendidikan dalam lingkungan. Semua poin yang saya sebutkan jelas tidak masuk dalam SOP suatu bimbel. Alasannya simpel, that's not their job...

Sekolah bukan hanya tempat mencari kemampuan bagi siswa-siswi. Sekolah adalah wadah yang secara ajaib mampu menempa banyak karakter manusia, yang tentu tidak bisa dilakukan oleh sebuah lembaga yang hanya mengenalkan cara cepat dalam pengerjaan soal. Sekolah adalah tempat mereka yang menceri pengalaman hidup, baik dalam jangka waktu yang pendek ataupun panjang. Ironisnya, saat ini banyak orang tua yang menganggap bahwa ketika anaknya mampu mengerjakan soal dengan cara cepat, mereka bangga dan being happytanpa tahu apakah dia memang memahami soal tersebut atau tidak. Budaya instan yang telah terprogram dalam pikiran banyak orang, membuat persepsi bahwa jika pandai dalam mengerjakan soal, you are successful student...

Menutup note yg ekstrim ini, sejatinya, persepsi terbentuk oleh realita yang terjadi dalam masyarakat. Mengutip kalimat terakhir dari bacaan yang menjadi sumber tulisan ini...

Persepsi bahwa bimbel lebih baik daripada sekolah berawal dari terperosoknya kebijakan dan praktik pendidikan ke dalam fokus sempit pengembangan kemampuan kognitif semata. Kecakapan hidup telah berubah menjadi kecakapan kognitif. Karena itu, bimbel dipandang lebih top karena lebih bisa memenuhi kebutuhan kognitif daripada sekolah. Dan UNAS, ironisnya, menjadi latar belakang menguatnya bisnis kecamasan berkelanjutan ini (Akh. Muzzakki, Jawa Pos 15 April 2013)


Kembali kepada fokus utama, apakah bimbel saja cukup jika mereka memang lebih baik daripada sekolah??? *ask to the said senior teacher*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun