Mohon tunggu...
nanda fajri
nanda fajri Mohon Tunggu... -

lahir di Singkil, yang terletak di kabupaten Aceh Singkil, NAD.. meskipun lahir dan tinggal di aceh, tapi bahasa yang digunakan sehari2 adalah bahasa yg mirip dengan bahasa minang, berhubung ortu saya jg orang minang (ibu asal Pariaman, Bapak Padang (indarung)).. yang mau jalan2 ke daerah saya dipersilahkan datang wisata bahari dan kulinernya boleh dicoba lhooo...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Tulak Bala

9 Februari 2010   12:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:01 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

nostalgia tolak bala

besok, masyarakat di kampung halaman saya, Singkil, akan melaksanakan tradisi TULAK BALA (Tolak Bala). tradisi ini dilaksanakan setiap hari rabu terakhir pada bulan Safar. tak ada yang tahu sejak kapan tradisi ini mulai dilaksanakan oleh masyarakat Singkil.

tradisi ini dilaksanakan di pantai. terdapat 3 pantai tempat melaksanakan tradisi ini, yaitu Pantai Pulo Sarok dan Pantai Pasi Tangah (terdapat di Kecamatan Singkil) dan Pantai Gosong (terdapat di kecamatan Singkil Utara). pada hari pelaksanaan tradisi ini seluruh kegiatan pemerintahan, perkantoran, dan pendidikan hanya berlangsung hingga pukul 10 pagi. setelah itu masyarakat berbondong2 menuju salah satu pantai diatas untuk melaksanakan tradisi ini. sepanjang pantai terdapat tenda2 sederhana yang terbuat dari terpal atau kain utk tempat berteduh dari sengatan matahari pantai. setiap tenda berisi keluarga atau kumpulan keluarga (misal dengan tetangga atau sanak saudara lainnya).

yang sangat bergembira dengan adanya tradisi tulak bala ini adalah anak2 dan remaja. beberapa hari sebelum pelaksanaan tulak bala anak2 sibuk mencari pelampung yang terbuat dari ban mobil bekas.sehari sebelumnya, para ibu sibuk mempersiapkan hidangan yang akan dibawa esok hari. bermacam2 hidangan disiapkan diantaranya mie goreng, bakwan, bubur kacang hijau, bubur ketan hitam,ketupat,  dll.

waktu kecil, saya dan keluarga biasanya melakukan tradisi tolak bala di Pantai Pulo Sarok. biasanya kami bersama rombongan tetangga membuat tenda bersama-sama. selanjutnya saya dan anak2 tetangga atau teman2 sekolah yang kebetulan tendanya berdekatan bermain di tepi pantai. kami bermain ombak (karena gak bisa berenang) hingga sore hari. matahari pantai yang panas membuat kulit terbakar, mengelupas dan menimbulkan rasa  perih pada ke esokan harinya.

menurut cerita ibu saya, dulunya tradisi ini dimulai dengan membacakan doa selamat, shalawat, dan bacaan2 seperti tasbih, tahmid, dan tahlil agar terhindar dari marabahaya. setelah pembacaan doa selesai dilanjutkan dengan menyantap makanan berupa lauk pauk, penganan kue dan lain2. kemudian anak2 mandi di pantai hingga sore hari.

saat sekarang ini tak ada lg keiatan berdoa bersama seperti itu. terkadang ada kelompok masyarakat yg mengadakan pesta organ tunggal, layaknya pesta pantai yg penuh hura2. sangat jauh dari nilai2 yang terkandung dari tradisi ini.masyarakat hanya melaksanakan sebatas tradisi saja, tanpa memaknai nilai2 kebaikan yang terkandung dalam sebuah tradisi.

ket foto : tulak bala di pantai Pulo Sarok saat saya masih berusia 5 tahun. sekarang pantai ini sudah teduh oleh pohon cemara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun