konsep diri dan belum mampu memanfaatkan potensi yang dimilikinya.
Di era pesatnya perubahan perilaku sosial manusia, tentunya setiap individu terus berupaya mempertahankan eksistensinya dalam lingkaran sosial yang menguntungkan dari berbagai segi. Namun, tak sedikit orang yang terdepak dari lingkaran sosialnya bahkan dari masyarakat umum lantaran tidak mampu membentukWiliiam D. Brooks mendefinsikan konsep diri sebagai  "those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experience and our interactions with other". Konsep diri merupakan pandangan kita terhadap diri sendiri baik secara fisik, psikologikal, dan sosial. Konsep diri dapat terbentuk melalui pengalaman pribadi dan interaksi dengan orang lain.Â
Konsep diri dipengaruhi oleh dua komponen yakni komponen kpgnitif dan afektif. Komponen kognitif dapat berupa pernyataan seperti "Saya tidak secantik perempuan lain" sedangkan komponen afektinya bisa berbunyi "Saya malu tidak cantik seperti perempuan lain" atau bisa jadi pula berbunyi "Saya tidak masalah jika tidak secantik perempuan lain, saya masih memiliki potensi yang lain dalam diri saya". Komponen afektif inilah yang akan menjadi citra diri (self image) dari seseorang. Konsep diri dapat terpengaruhi oleh beberapa hal diantaranya orang lain dan kelompok rujukan (kelompok sosial terdekat).
Sementara itu personal branding dapat diartikan sebagai proses menciptakan persepsi masyarakat atas individu. Potensi diri yang dimiliki dikembangkan dan dijadikan sebagai suatu "seni menjual diri". Maksud dari kata "menjual" dalam konteks ini ialah menjadi pembeda atau ciri khas dengan individu lain dalam berbagai kepentingan misalnya dalam hal pekerjaan hingga hubungan sosial dan pertemanan. Personal branding yang bertujuan menarik persepsi masyarakat akan berpengaruh pada perkembangan karir seseorang karena segala potensi dan kemampuan khusus yang dimiliki akan dikenal oleh orang lain.Â
Hubungan antara konsep diri dengan personal branding ialah sebagai komponen pendukung keberhasilan personal branding. Konsep diri yang positif akan menimbulkan kepercayaan diri dan semangat mengidentifikasikan diri sendiri. Misalnya konsep diri yang saya bentuk berbunyi "saya bersyukur menjadi diri saya karena ada banyak potensi dalam diri saya yang bisa dikembangkan" kemudian kepercayaan diri akan timbul sehingga saya dengan berani membranding diri saya sebagai seseorang yang memiliki potensi misalnya potensi menulis suatu artikel ilmiah. Dari proses tersebut orang lain mengenal saya sebagai orang yang pintar menulis dan percaya diri maka personal branding saya telah berhasil. Namun, hal yang sebaliknya dapat terjadi bila saya membentuk konsep diri yang buruk seperti "saya tidak suka dengan diri sendiri, ia terlihat bodoh dan tidak menarik" maka saya tidak akan percaya diri dan tidak memiliki keberanian dalam menunjukkan potensi yang saya miliki.
Adapun cara membentuk konsep diri yang positif yakni melalui penerimaan terhadap diri sendiri. Penerimaan terhadap segala kekurangan yang menyertai kelebihan setiap manusia. Sebuah penerimaan terhadap diri sendiri dengan bagaimanapun bentuknya juga merupakan suatu wujud syukur kepada Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Penerimaan juga dapat mengantarkan pada kepercayaan diri yang menjadi dasar dari setiap keberhasilan menaklukkan diri sendiri. Sementara itu, dari faktor eksternal kita bisa menghindari lingkungan atau kelompok yang toxic yang hanya akan membuat kita terhambat dalam proses personal branding.Â
Terakhir, mungkin tulisan ini hanyalah tulisan receh dari suatu subjek ilmu komunikasi akan tetapi semoga yang disampaikan tidak hanya dapat dimengerti secara teoritis tapi juga diambil pesan tersirat tentang penerimaan dan kepercayaan diri di dalamnya, terima kasih sudah mencintai diri sendiri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H