Pembahasan mengenai asal-usul kehidupan dan alam semesta khususnya pada bab evolusi dan penciptaan sering kali menjadi topik yang kontroversial. Bagi umat Islam sendiri pemahaman ini harus sejalan dengan ajaran Al-Qur'an dan hadits yang mereka yakini.Â
Artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana Islam memandang evolusi dan penciptaan, serta bagaimana kedua konsep ini dapat didamaikan dan dalam konteks iman dan ilmu pengetahuan.
Pandangan Tradisional tentang Penciptaan
Dalam lensa kacamata Islam narasi penciptaan dimulai dari keyakinan bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Al-Qur'an menyatakan dengan jelas bahwa Allah menciptakan langit dan bumi serta segala isinya terbagi dalam enam masa, dan manusia pertama yaitu Adam yang diciptakan dari tanah liat. Ayat-ayat seperti Surah Al-Baqarah [2:30-39] dan Surah Al-A'raf [7:11-25] mengisahkan penciptaan Adam serta pengusirannya dari Surga, dan kemudian penempatannya di bumi.
Pandangan tradisional ini memberikan kerangka bahwasanya penciptaan yakni tindakan langsung dan spesifik oleh Allah, tanpa proses bertahap seperti yang digambarkan dalam teori evolusi. Namun, perlu dicatat bahwasanya Al-Qur'an seringkali berbicara dalam bahasa simbolis dan metaforis yang memberikan ruang untuk berbagai interpretasi.
Teori Evolusi dan Ilmu Pengetahuan Modern
Teori evolusi pertama kali dikemukakan oleh Charles Darwin yang dijuluki bBapak evolusi dunia, ia mengusulkan bahwa semua spesies makhluk hidup itu berkembang melalui proses seleksi alam. Teori ini didukung oleh bukti fosil dan genetika yang menunjukkan adanya hubungan antara berbagai bentuk kehidupan.
Dalam konteks ilmu pengetahuan modernsendiri evolusi dianggap sebagai penjelasan ilmiah yang kuat untuk keragaman hayati di bumi. Banyak ilmuwan Muslim menerima evolusi sebagai kerangka ilmiah, namun mereka tetap mempertahankan keyakinan bahwa Allah SWT adalah penyebab utama dari semua proses alam.
Perspektif Islam tentang Evolusi
Banyak ulama dan cendekiawan Muslim kontemporer yang mencoba menyelaraskan teori evolusi dengan ajaran Islam. Mereka berpendpat bahwasanya Al-Qur'an tidak secara eksplisit menolak evolusi. Sebaliknya beberapa ayat dapat diinterpretasikan untuk mendukung gagasan terkait perubahan dan perkembangan makhluk hidup.
Contohnya pada Surah Al-Anbiya [21:30] menyatakan, "Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup." Ayat ini dapat dipahami sebagai indikasi bahwa kehidupan berasal dari air, yang sejalan dengan penemuan ilmiah tentang asal-usul kehidupan.
Selain itu, cendekiawan seperti Harun Yahya (Adnan Oktar) telah menulis ekstensif untuk menolak evolusi dalam bentuk Darwinian, namun tetap mendukung penciptaan bertahap yang diatur oleh Allah SWT. Mereka menekankan bahwasanya campur tangan ilahi tidak dapat diabaikan dalam penjelasan mengenai kehidupan.
Pendekatan Moderat: Evolusi Terarah
Salah satu pendekatan yang semakin populer di kalangan Muslim ialah konsep evolusi terarah (theistic evolution). Pandangan ini mengakui mekanisme evolusi terjadi sebagai cara Allah menciptakan kehidupan, namun dengan campur tangan dan tujuan ilahi di balik proses tersebut. Dalam perspektif ini evolusi bukanlah proses acak, tetapi merupakan bagian dari rencana ilahi.
Cendekiawan seperti Seyyed Hossein Nasr berpendapat bahwasanya ilmu pengetahuan dan agama tidaklah perlu dipertentangankan. Sebaliknya, keduanya dapat dilihat sebagai dua cara memahami satu kebenaran. Evolusi terarah memberikan jalan tengah yang memungkinkan Muslim untuk menerima bukti ilmiah tanpa meninggalkan keyakinan religius mereka.