Home. Dalam bahasa Indonesia, kata "home" dan "house" tak terbedakan, keduanya ditranslasi menjadi rumah. Â Tapi sesungguhnya mereka berbeda. Seorang bisa tinggal di suatu gedung bertahun-tahun dan tak merasa nyaman. Di sisi lain, hanya waktu beberapa tahun di tempat asing yang berjarak 30 kilometer dari bangunan tempat tinggal, entah mengapa terasa sebagai "home". Seperti perkataan, "You can't spend so much time in a place and not carry a bit of it inside you." - Frank Beddor.
Kolese Kanisius. Bagi banyak orang, nama Kolese Kanisius identik sebagai sebuah institusi pendidikan. Bagi banyak orang, Kolese Kanisius terbayangkan sebagai salah satu sekolah terbaik di seluruh Indonesia. Ada pula yang mengatakan Kolese Kanisius sebagai Sekolah EOÂ atau Event Organizer karena acara yang tak henti-hentinya berjalan.Tetapi, bagi segelintir anak muda laki-laki yang pernah menginjakkan kaki di sini, gedung-gedung Kanisius lebih dari sekadar tempat.Â
Dibalik pesona salah satu dari 10 SMA terbaik seluruh Indonesia, banyak aspek yang tak dilihat orang banyak, hal-hal unik dan khas yang menjadi bagian dari pengalaman hidupku. Meja penuh coret-coret, kaca pecah, toilet mampet, dan air mati mengukirkan kisah dan cerita yang selama-lamanya diingat. Itulah CC, sekolah SMAku. Di tempat ini saya telah bertumbuh. Di tempat ini saya pernah terjatuh. Sepanjang hidup saya, pengalaman di CC menjadikan hidup saya sangat-sangat berwarna.
Mengapa Kanisius? Mengingat kembali, tidak ada jawaban jelas terhadap pertanyaan ini. Apakah CC memiliki fasilitas terbaik? Secara objektif, jelas fasilitasnya kini semakin lengkap lagi, walau ada sisi yang belum baik. Tapi menurut saya, memang jauh dari kata terbaik se-Indonesia. Apakah itu materi pelajarannya? Bukan juga! Banyak sekolah-sekolah yang memiliki kurikulum dan tuntutan akademik jauh lebih tinggi lagi. Bersekolah di CC tentu berat, tapi tidak seperti itu juga. Banyak sekolah lain meraih lebih banyak medali olimpiade dari CC. Hanya ada satu pembeda, pendagogi dan cara ajar.
Faktanya, Kolese Kanisius berada seperti saat ini karena keberhasilannya membangun semua komunitas yang sangat erat antar siswa dalam sekolah. Terlihat dari ikatan para alumni, semua itu berawal dari pendidikan SMP dan SMA. Menurut saya, aspek ini hal yang paling membedakan CC dibandingkan sekolah-sekolah lain. Sebuah sekolah laki-laki semua ini bagi saya berhasil setiap tahunnya membentuk satu angkatan siswa dengan rasa seperjuangan yang amat kuat. Bagaimana caranya?
Bentuknya sangat banyak, tetapi caranya ternyata sangat sederhana. Menempatkan seluruh siswa pada suatu situasi sulit bersama yang diselesaikan bersama. "Hard Times Create Greater Bonds. The harder the experience, the more bonding occurs". Sederhananya, masa-masa sulit membentuk ikatan antar orang-orang yang tak akan pernah bisa tercipta bila hanya ceria-ceria dan bahagia. Pelatihan-pelatihan berat di Kolese Kanisius adalah bagian integral dan paling penting selama formasi pendidikan di sekolah ini. Acara-acara ini tak bisa direplikasi oleh apapun itu. Ini semua kembali lagi pada Fondasi Kolese Kanisius sebagai Sekolah Jesuit.
Pengalaman saya di Kolese Kanisius mungkin sedikit lebih berbeda dari banyak orang. Selama 6 tahun saya di tempat ini, saya bersyukur mendapatkan banyak pengalaman dan kesempatan yang mungkin tak semua orang lain peroleh. Saya tergabung dalam Canisius Wind Ensemble, ekskul yang terbentuk sejak tahun 2000 serta menjadi pengurus OSIS Kolese Kanisius yang jumlahnya hanya sembilan orang.  Dua pengalaman ini mengubah hidup saya. Selain mengembangkan talenta dan bakat diri di luar kelas, pengalaman ini membentuk diri saya yang semakin terbiasa bekerja sama dengan banyak orang dan terlebih, mengembangkan jiwa kepemimpinan yang selalu menjadi pusat perhatian di Kolese Kanisius.