Mohon tunggu...
Nanda Nuriyana SSiTMKM
Nanda Nuriyana SSiTMKM Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Praktisi dan Akademisi

BERTUGAS DI RUMAH SAKIT dr FAUZIAH BIREUEN BAGIAN KONSELOR HIV AIDS

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Gairah Umbul-Umbul yang Hampir Padam

28 Oktober 2023   22:30 Diperbarui: 28 Oktober 2023   22:41 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/pngtree

Aku seorang patriot sejati peninggalan sisa-sisa perjuangan tempo dulu. Semangat itu terus kusulut dengan kebangkitan sejarah masa lalu. Bagaimana mereka, pahlawan-pahlawan kita berjuang hanya dengan bambu runcing sangat sederhana sekali. Namun jiwa bergerilya mereka sangatlah mumpuni, hingga kita terbebas dari penjajahan dan mendapatkan hak mutlak menuju sebuah kemerdekaan.

Jaman now, kita sebagai insan yang harus melanjutkan tugas-tugas perjuangan para pahlawan. Wahai, Generasi muda harapan bangsa, kalian adalah pejuang yang keren. Kalian tumbuh seiring  perkembangan teknologi dan kemutakhiran di abad milenial ini. Tidak seperti kami dulu hanya anak singkong, memiliki kekuatan daya yang lemah. Sedangkan, kalian adalah anak keju yang makanan sehari-hari mengandung kaya akan gizi yang seimbang.

****
Pahlawan yang sudah bekorban nyawa itu akan turut bangga dengan kalian. Mereka tidak sia-sia mewariskan tanah leluhur ini untuk di jaga dari kejamnya kaum penjajahan. Kalian jangan lengah, setiap detik dan menit ada saja yang akan mengintai kelengahan kita. Setiap cucuran keringat, deras air mata, pengorbanan nyawa tidak akan sia-sia. Kami bangga padamu wahai pahlawan hatiku.

Ingat wahai generasi muda. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai perjuangan para pahlawan. Jangan pernah padamkan jiwa patriotisme itu. Banyak yang bisa kalian perbuat, jangan terlena dengan sejarah masa lalu yang membuat diri jadi pemalas dan puas dengan hayalan kejayaan semata. Akan tetapi berbuatlah yang terbaik buat bangsa dan negara meski situasi dan kondisi yang tidak mendukung dan tidak berpihak padamu.

****
Hari ini, merayakan hari sumpah pemuda serasa gairah muda kembali, tersulut oleh semangat berapi-api. Kini kita diuji dengan kesabaran perjuangan mempersatukan anak bangsa yang mulai memudar dan terpecah belah oleh pergeseran nilai-nilai. Namun, semangat juang kita dalam membela tanah tumpah darah ini tetap berkobar dalam jiwa.

Krisis moral yang kita alami sekarang akibat ulah sendiri semakin menjauhkan dari nilai-nilai cinta tanah air, membela bangsa, jiwa patriotisme harus tertanam kembali pada cikal bakal generasi penerus bangsa kelak merasa bangga. Mereka pun harus berjuang demi bangsa ini, Jangan pernah terpengaruh oleh berita hoax, ujaran kebencian dan hujatan sesama apalagi rasis. 

Mungkinkah semangat yang kita kobarkan tidak tepat lagi saat ini? Kobaran membara di masa sekolah dulu. Semangat berapi-api, cinta tanah air selalu di tanamkan dalam mata pelajaran PSPB di sekolahku di zaman itu. Sekarang apakah masih sama seperti dulu, kita tak tahu pasti!

****
Dalam sejarah hidup baru kali ini merasakan gejolak, semoga untuk pertama dan terakhir kalinya kita terjebak dalam kondisi ini. Lalu bagaimana perayaan sumpah pemuda yang setiap tahun selalu semarak dengan bermacam event yang disponsori oleh kaum pemuda di seluruh indonesia.
Aku rasa meskipun tidak dirayakan atau perayaan sederhana sudahlah memadai, yang penting makna kecintaan tanah air, persatuan bangsa serta membangun cita-cita leluhur menjadi suatu kebanggaan yang tak tergantikan. 

Namun, aku yakin di tengah krisis moral dan perpecahan ini masih ada terbersit cinta tanah air tak pernah padam dan tak jua lekang oleh waktu. Demikian juga perayaan kali ini harus lebih hening dan khidmat dalam hati, merasakan betapa pedihnya penjajahan, dan tersiksanya leluhur-leluhur kita. Sehingga jangan sampai terulang lagi untuk kedua kalinya, kalian mau nggak di jajah dengan versi yang berbeda? 

Aroma penjajahan bertebaran dimana-mana cukup terasa di era digital seperti sekarang ini, maka dari itu penguatan kapasitas dan mindset untuk berkembang tidak hanya secara akademisi saja melainkan pengalaman, attitude saling berkontribusi satu sama lainnya.

****
Seyogjanya kita bersatu jangan pernah timbul perpecahan lagi. Ingatkah, bagaimana jaman dulu kita dipecahkan, diadu domba (devide at impera) oleh masa penjajahan Belanda. Ingat, nggak sih? Hingga setiap ada benturan perpecahan dan konflik di antara sesama, lantas aku teringat apakah ini cara adu domba jaman now? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun