Alhasil, kesuksesan Pak Mulyono belum membuatnya bahagia, sejak kesepian melanda di masa tua. Anak-anak berjauhan, istri muda tak pernah akur dengan anak bawaan pak Mulyono.
"Sayang? aku teringat masa lalu, saat masih muda segalanya terasa indah. Kita bisa menikmati selera makan yang enak enak, bepergian keluar kota. Namun sekarang makan sedikit udah naik asam urat dan kholestrol," ceritanya sendu, terlihat gurat-gurat ketuaan yang kian jelas.Â
Beberapa hari ini, papa terlihat murung.Â
"Papa ... Papaa!" panggil Midah menyadarkan dirinya sedang bermenung.Â
"Papa, kopinya diminum, dong? mumpung panas. Mama udah ngasih gula dikit. Kalau mau nambah gula, biar diambilin," ujar Midah lembut dengan memamerkan paras cantik meski udah menginjak usia Jelita.
"Taruh aja, dulu. Papa lagi nelongso," sambungnya kalem.
"Apasih, yang dilamunkan, papa?"
"Teringat anak-anak yang jauh. Kangen aja, sih!" selanya datar sembari menarik nafas berat.
"Aahh ... Si Papa!? Mama dicuekin, atuh!" sambung Midah istri muda papa yang masih awet ayu dan terkesan genit.
Midah berlalu ke dapur, meneruskan kegiatan hobi memasak makanan ala kampung. Makanan itu sangat digemari oleh papa. Midah istri kesayangan menjadi kebanggaan papa di setiap momen.
Begitulah suasana setiap pagi, ngobrol sambil duduk nyantai menyeruput kopi bersama Midah. Terkadang diselingi drama lucu yang membuat geli.