Adanya jaminan dan kerjasama yang baik dari berbagai aspek menjadikan kita negeri produsen handal bukan hanya sebagai konsumen saja. Kalau negara tetangga kita bisa maju selangkah, kenapa kita tidak? Disini butuh dukungan hebat dari segala lini membentuk pola pikir generasi mendatang menjadi lebih expert.
Zaman sekarang transformasi digital tak dapat terelakkan lagi, kita hanya menyesuaikan diri dengan perubahan, sehingga kemajuan industrialisasi di bidang digital sangat bermanfaat bagi kemajuan negara ini tentunya.Â
Generasi cerdas kedepan tidak tergilas oleh peradaban teknologi hanya karena salah mempergunakannya, berpikir bijaklah! Bersiaplah kita menyongsong puncaknya peradaban generasi digital, pandai-pandailah memposisikan diri jangan sampai terlena ditelan oleh perangkat lunak tersebut.
Penulis dapat memberikan gambaran kegunaan alat digital dengan menjadikannya gudang ilmu, promosi pemasaran baik sebagai produsen atau konsumen yang berkonstribusi di bidang masing-masing. Pergunakan gadget secara positif, media sosial yang kondusif tentunya banyak sekali manfaat dari kecanggihan alat tersebut. Bukankah demikian di balik kekurangan bersifat adiktif, perlu adanya antisipasi diri, keluarga dan lingkungan.
Contohnya: kita mau belajar secara otodidak tentang apa saja tinggal searching berkenaan dengan yang kita cari. Belajar mata pelajaran sulit menjadi semudah membalikkan telapak tangan, mengikuti Bimbel, menjalankan usaha bersama ada komunitasnya dan berbagai tutorial meningkatkan kapasitas diri menjadi aset bernilai.
Demikian urgen-nya strategi kebijakan ini, sehingga Kementerian PPN/Bappenas mengajak pemangku kepentingan untuk berpikir kembali, menyusun kembali strategi ke depan dalam rangka re-industrialisasi. Bahkan menyusun re-industrialisasi jangka panjang merupakan suatu kebijakan industri dalam pencapaian visi Indonesia 2045. Hal ini merupakan bagian dari pembangunan jangka panjang nasional indonesia.
Penulis sangat sependapat dengan para narasumber yang berbicara tentang kondisi ekonomi di indonesia dengan berbagai kendala yang muncul. Misalnya di indonesia masyarakatnya termasuk tidak hemat dalam segi makanan, tidak menyelesaikan makanan dengan baik di atas meja.Â
Kemudian sebagian besar masyarakat hanya menyalurkan napsu makan saja tanpa menyelektif kebermanfaatan makanan tersebut. Ada lagi kebutuhan bahan terigu yang termasuk makanan pokok di negara kita sehingga harus di impor dari negara lain, sedangkan kita ketahui di Indonesia bukanlah penghasil gandum. Bayangkan saja wahai pembaca kondisi seperti ini sangat dilema, bukan?
Sudah waktunya ekonomi indonesia naik kelas ke yang lebih tinggi dengan cara mendorong transformasi ekonomi sosial menuju perekonomian maju adil sejahtera. Bahkan  negara-negara tetangga kita yang begitu cepat naik graduasi ke high income seperti negara Korea selatan, Jepang , Hongkong dan Singapura sampai mereka dijuluki Miracle dari Timur. Sementara Indonesia cukup lama bertahan sampai 29 tahun terjebak di middle income.
Belajar dari pengalaman negara-negara tetangga yang lebih cepat maju membenahi perekonomiannya. Bagaimana mereka bisa naik kelas begitu cepat? jawabannya re-industrialisasi sebagai kunci utama dan industri manufakturing andalannya.
Beberapa bonus demografi di tahun 2030 akan menjawab tantangan bangsa indonesia, apakah surplus tenaga produktif tersebut akan menjadi solusi atau terus membebani dengan terjadinya bencana demografi yang bermunculan saat ini? Sejauh pengamatan kita persiapan pemerintah masih kewalahan, kehilangan arah hanya karena berbagai kendala dan kegaduhan, banyaknya  konflik dalam negeri yang tak kunjung usai.Â