Sungguh disayangkan kejadian tersebut bertubi-tubi tak terkendali, seakan akal sehat pun tidak lagi berfungsi. Ada apa sebenarnya, dengan perilaku manusia sebagaimana makhluk berakhlak dalam peradaban kehidupan, ini? Apakah budaya timur yang penuh tatakrama dan penuh etika, masihkah menyandang budaya malu?
Pertanyaan author hanya mengingatkan kembali jati diri, dan keberadaan kita yang sesungguhnya. Hal ini tidak memerlukan jawaban neko-neko, melainkan sebuah pembuktian nyata menuju manusia fitrah yang hakiki.
Pendidikan seksual merupakan informasi penting yang perlu diketahui oleh anak. Melalui diskusi seputar hal-hal yang bersifat seksual, anak pun bisa lebih memahami pentingnya seksualitas sebagai bagian dari kesehatan tubuh, bukan sekadar hubungan antara pria dan wanita, kutipan ini seperti yang dilansir dari Alodokter.
Sebagian orang beranggapan bahwa pendidikan seksual merupakan hal yang tabu, tidak semestinya dibicarakan sebelum cukup umur. Padahal ini bertujuan memberikan pemahaman kepada anak dan membekali diri anak agar lebih peduli dan bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksinya.
Bagaimana kaitan pendidikan seks dapat mencegah kekerasan seksual pada anak, perilaku seks bebas, kehamilan tidak diinginkan dengan berujung pada tindakan aborsi, pemerkosaan hingga penularan penyakit seksual?
Kaitannya sangat erat, rumit sekali dalam menegakkan benang merah di antara trending kasus sosial pada umumnya di masyarakat.
Sungguh miris tentang apa yang terjadi akhir-akhir ini terhadap diri anak. Keamanan dan kenyamanan untuk bertumbuh besar menjadi generasi sehat bermartabat dan wibawa seakan pupus. Berbagai kemungkinan terjadi, baik ancaman dari luar, di rumah, jalanan bahkan di tempat menempuh pendidikan pun tidak luput dari jaminan tindakan pelecehan tersebut.
Mengingat akhir-akhir ini sering terjadi kekerasan seksual anak, baik sendiri ataupun berkelompok. Menanggapi permasalahan tersebut bagaikan momok yang menakutkan, para orang tua cenderung menghindari dengan spontanitas menerapkan perlakuan over protektif pada diri anak.Â
Beberapa faktor kemungkinan tercemarnya otak pelaku (predator) oleh pornografi, dan zat adiktif lainnya seperti narkoba dan obat-obat terlarang telah merusak otak manusia normal menjadi mutan pemangsa hingga berjatuhan korban lainnya.
Beberapa peran ikut andil dalam proses terjadinya lingkaran  pelecehan seksual di era digital, kini begitu mudahnya mengakses konten-konten negatif, ada keterkaitan antara penggunaan obat-obat terlarang, kejahatan media sosial (cyber crime) dan lain sebagainya, sehingga penting ajarkan pada anak untuk lebih cerdas menggunakan internet secara positif.