Pernah aku baca di kisah nyata seorang remaja tiba tiba penglihatannya gelap, mendadak buta karena glaukoma. Iya, Glaukoma akut menurut istilah kedokteran. Mungkin berbeda kasus sakitku ini perlahan tapi pasti, bila tidak ada perawatan akan mempercepat kebutaan.
Cobaan yang indah harus kuterima dengan ikhlas.
Kemudian beberapa kali konsultasi dengan dokter spesialis mata, sampai menggantikan obat oral dengan obat tetesan mata yang adem pemakaiannya. Pilihan pengobatan dengan obat tetes mata lebih efektif.
Ada juga pilihan pengobatan dengan operasi laser dan lain-lain, sesuai instruksi dokter. Terkadang operasi tidak menyelesaikan masalah, tetapi saat tak dapat dipertahankan lagi mungkin tindakan operasi jalan terbaik.
Dulu sebelum mata ini bermasalah, pernah tanpa sengaja menatap gerhana cincin matahari, sontak urat kuduk terasa nyeri dan kaku. Apakah karenaa itu mataku sakit? Sampai sekarang masih berkecamuk tanda tanya dalam hati.
Kemudian, beberapa kali aku menggantikan kacamata, tapi tidak ada perubahan bermakna. Pergantian kacamata pun menurut kriteria yang ditanggung asuransi kesehatan pemerintah. Apakah terbentur dengan regulasi terbaru? belum lagi rujukan berjenjang antar faskes.
"Huuhh ... mendingan aku beli saja kacamata murah, tetapi enggak murahan."
Btw, kalau aku horang kayah pastinya enggak usah menunggu serentetan birokrasi dari BPJS, harus nunggu sana sini. Kesana kemari satu haripun enggak kelar urusan.
"Nasibmu, Nak! hidup di era milenial dan semua serba digital."
Banyak teman temanku bertanya,” kak ada apa dengan penglihatanmu?"
“Aku hanya bisa tersenyum getir, Sedikitpun tidak berhasrat untuk menjelaskan apa dan mengapa dengan penglihatanku ini."