Eklamsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti kejang. Dokumentasi mengenai kejang pada kehamilan ini sudah ada dari jaman Mesir, Yunani dan India. Pada tahun 1668 Francois Mauriceau yang memperkenalkan eklampsia untuk memperkenalkan kelainan pada kehamilan dan masa nifas yang berakibat kejang di lansir dari HaiBunda.com.
Siapa sih, yang tidak tahu penyakit kehamilan berbahaya ini? Semoga kita tidak pernah merasakannya. Seperti jeratan buah simalakama, dihadapkan pada dilema antara pilihan hidup dan mati.Â
Aku pernah mendapatkan kisah memilukan tentang penyakit eklamsia berdasarkan pengalaman penulis. Dulu saat aku masih bertugas di ruang tindakan kebidanan, ada pasien datang dengan kejang-kejang tidak sadarkan diri. Untunglah para dokter dan perawat kala itu sangat sigap melakukan tindakan emergensi.Â
Sedikit saja terlambat pasien bakal lewat, menemui ajalnya! Ada dua pilihan prioritas harus di utamakan atau salah satunya. Selamatkan ibu atau bayi bahkan ada kasus kedua-duanya meninggal. Satu keajaiban seandainya keduanya selamat qadarullah. Namun, sebelum ajal menjemput takdir, ada saja kekuatan untuk bertahan hidup.Â
Pepatah orang tua mengatakan, jika ada umur pasti akan ada obat untuk kesembuhan si pasien. Sebaliknya setiap umur sudah di ujung rambut, meskipun dalam kondisi sehat bisa mendadak jatuh ambruukk!Â
Tak kalah shock jantung, ketika ada ibu hamil datang mau bersalin, dari tampilan luar keliatan sehat, senang diajak ngobrol, senyum ramah dan tidak menunjukkan gejala-gejala sakit beresiko tinggi.Â
Namun alih-alih, pada saat pembukaan sudah mendekati lengkap mulailah si ibu histeris kesakitan sampai kejang-kejang. Setelah dicek tensinya menunjukkan di angka 200/110 mmhg.Â
Kejadian babak drama seperti ini sulit diprediksi dengan tepat dan bagai sambaran petir di siang hari, berkejar kejaran dengan malaikat maut Sang pencabut nyawa. Beruntung masih ada kesempatan kedua dalam hidupnya, si ibu tertolong jikalau tidak betapa terpukulnya keluarga dalam melepaskan kepergian si ibu dan bayi.
Kenapa harus disebut penyakit halilintar? karena kedatangannya mendadak cepat dan mematikan, sangat mengancam jiwa si ibu dan bayi. Kalaupun datang dengan ciri-ciri dan gejala yang khas tentunya tim medis akan mempersiapkan persalinan emergensi dan beresiko tinggi baik di ruang Ponek (Pelayanan Obstetri neonatal Emergensi Komprehensif) maupun di ruang kamar operasi.
Beberapa gejala khas dari pre eklamsia adalah tensi meningkat, protein urine positif, oedema tungkai. Meskipun oedema bukanlah salah satu gejala utama pre eklamsia namun termasuk tanda bahaya dalam kehamilan.Â
Nah, bila ibu sudah kejang-kejang itu sangat kritis dan berbahaya, bukan lagi di sebut PE (pre eklamsia) melainkan sudah mengarah ke diagnosa yang lebih horor namanya Eklamsia. Kasus ini sangat parah dan berakibat fatal mengancam jiwa ibu dan bayi. Efek yang ditimbulkan setelah kejang akan memengaruhi keadaan umum pasien. Komplikasi tak kalah serius menyebabkan penglihatan mata kabur, lumpuh dan gagal organ tubuh lainnya.