Tak memiliki modal bukan alasan seseorang untuk tidak dapat berwirausaha. Hal ini dibuktikan dengan kesuksesan yang diraih oleh seorang pengusaha muda, dengan statusnya sebagai seorang mahasiswa bidik misi tidak membuatnya menyerah untuk berwirausaha. Berawal dari seorang reseller, hingga kini menjadi seorang CEO perusahaan di Perusahaan Miun Sinergi dengan Brand utamanya "LUMPIA BASAH SEAFOOD MAS MIUN".
Menginjak masa SMA, ia berjualan alat-alat tulis seperi buku, pensil, pulpen, penggaris, dsb. Berjualan sepertinya sudah menjadi hobi dan kesenangan tersendiri baginya, ia tidak pernah merasa malu ataupun gengsi untuk menjual barang-barang kepada teman-temannya. Saat kuliah, ia melihat bahwa menjual alat tulis tidak akan mendongkrak kehidupannya, karena alat tulis itu bersifat musiman, orang tidak akan setiap saat membeli alat tulis, lagi pula sudah banyak yang menjual ATK di sekitar UNPAD. Lalu tercetuslah ide bahwa menjual makanan akan lebih banyak dibeli, karena dalam satu hari, manusia makan selama 3 kali dan belum dikalikan dengan banyaknya penduduk. Sehingga munculah ide untuk berjualan gorengan di kelasnya. Setiap hari, Nanda bangun pukul 4.30 WIB dan bergegas mengambil gorengan dari orang lain. Banyak tentangan dan cibiran yang ia dapatkan dari banyak orang. Tetapi hal itu membuat Nanda senang, karena itu berarti banyak orang yang memperhatikannya. Dengan kelihaiannya dalam berjualan, perlahan-lahan orang pun mulai mengetahui gorengan lezat yang dijual Nanda, sehingga banyak orang yang membeli dagangannya. Hasil dari penjualan gorengan, ia mendapat penghasilan per bulan mencapai 600 ribu rupiah tanpa modal sepeser pun. Karena dirasa cukup, ia pun berhenti setelah mendapatkan 2-3 juta dalam 1 tahunnya.
Organisasi kuliah pun Nanda ikuti, bahkan sampai 3 jenis organisasi dijalani. Otomatis, ia harus ekstra dalam membagi waktu. Penghasilan dari penjualan gorengan dijadikan modal untuk usaha penjualan baju sisa ekspor di pasar unpad setiap minggunya. Penghasilan yang didapat cukup lumayan, tetapi usaha tersebut berujung kurang baik dengan temannya, sehingga Nanda memutuskan untuk keluar dari pekerjaan tersebut.
Perjalanan menjadi seorang pengusaha tidak berhenti sampai disana. Keinginannya yang kuat menjadi landasan untuk menjadi seorang entrepreneur. Nanda mempunyai target hidup, jika ia menginjak tingkat 3, ia ingin mendapatkan penghasilan sebesar 50 juta. Rupanya Nanda terinspirasi oleh film “The Billioner” tentang kisah seseorang perintis usaha yang menjadi pengusaha rumput laut “Tao Kae Noi”.
Nanda pun sempat menjadi pekerja panggilan, artinya jika ada temannya yang menginginkan jajanan apapun di Jatinangor, ia bersedia untuk membelikan jajanan tersebut dan mengantarkannya ke kediaman temannya (delivery) dengan menggunakan sepeda. Usaha itu pun tidak berlangsung lama karena terlalu menguras tenaga untuk bersepeda dari satu tempat ke tempat lain, terlebih lagi jika tempatnya jauh. Seringkali makanan yang telah dipesan itu rusak di tengah jalan karena terombang-ambing saat di sepeda. Nanda pun mencari ide lain agar target hidupnya di tingkat 3 untuk mendapat penghasilan 50 juta perbulan itu tercapai. Setiap membeli jajanan, Nanda selalu menanyakan bahan dan cara pembuatan jajanan tersebut, terutama kepada penjual lumpia basah, karena saat itu lumpia basah sedang ngetren, tidak hanya di kalangan anak muda, bahkan orang dewasa pun menggemari jajanan ini. Sesampainya di kostan, ia mencoba memasak sendiri resep yang di dapat dari hasil bertanya kepada setiap penjual dan searching di internetapa yang menjadi SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) penjualan berbagai lumpia basah. Akhirnya Nanda dapat menciptakan resep baru dan mendapatkan hak paten atas lumpia basah miliknya itu dengan bantuan Bapak Suseno Amien, wakil pematenan di Unpad.
Di samping itu, program PKM, dengan jenis PKM-K pun Nanda ikuti bersama teman-temannya. Tahun petama gagal, tahun kedua gagal, dan tahun ketiga, pada tahun 2012 ternyata lolos dan mendapatkan 9 juta untuk menjalankan proyek tersebut. Sisa dari PKM tersebut, ia gunakan untuk modal mendirikan usaha lumpia basah, 27 Mei 2013. Nama brandnya adalah “Lumpia Basah Mas Miun”. Outlet pertamanya terletak di Jalan Raya Jatinangor No. 148 Sumedang. Karena statusnya masih sebagai seorang mahasiswa yang harus menyelesaikan kuliahnya, maka Nanda mempergunakan pekerja untuk mengurus usahanya. Ia tidak sembarangan mencari pekerja, tentunya dengan dilakukan wawancara dan training karena ia ingin pekerja yang professional. Nanda yakin bahwa usahanya akan terus berkembang, dengan adanya inovasi dan keunikan yang berbeda dari produk yang lain yaitu dengan resep Lumpia seafood yang tentunya memiliki nilai gizi yang tinggi. Harganya pun masih bisa terjangkau oleh mahasiswa. Kini sudah mencapai 6 gerobak Lumpia Basah miliknya dan itu akan terus bertambah.
Setelah usaha lumpia basahnya sukses, Nanda membuka kantin di FTIP (Fakultas Teknologi Industri Pertanian) dengan masakan utama yaitu masakan Padang. Karena kantin miliknya itu merupakan kantin satu-satunya di UNPAD yang mempunyai menu masakan Padang, maka kantin tersebut selalu ramai pengunjung. Bahkan dalam sehari bisa mendapatkan 1 juta rupiah dari usaha kantinnya. Selain itu, Rizky Ananda telah menghasilkan produk Uda Miun CHIPS, Warung Kemasan UKM dan mendirikan sebuah rumah makan Padang “Minang Indah” di daerah Jatinangor karena mengingat dirinya berasal dari Padang. Salah satu menu unggul dari rumah makan tersebut yaitu rendang ayamnya yang tak ada di tempat lain. Kini, Nanda pun mengajak orang tuanya ke Jatinangor untuk membantunya dalam hal masak-memasak dan manajemen usaha. Akan tetapi dalam hal marketing, akuntansi, dan advertising masih ia kelola sendiri. Setelah dihitung-hitung, ternyata dari semua usahanya, dalam sehari bisa mencapai lebih dari 4 juta, atau ratusan juta per bulan, Padahal target awalnya 50 juta.
Memang, Nanda ini memiliki tekad dan semangat yang kuat untuk menjalani keinginannya. Ia memiliki catatan-catatan yang berisi target hidup/proposal hidup. Catatan-catatan itu sangat detail, dan ia menekuninya satu per satu. Di kamusnya, tak ada pantang menyerah. Terbukti, di umur 22 tahun ini, ia sudah memiliki 6 gerai lumpia basah “Mas Miun”, 1 rumah makan padang dan berbagai produk lain serta di kampusnya terpilih sebagai finalis Mawapres (Mahasiswa Berprestasi) dan bahkan menjadi asisten dosen semenjak tingkat 2.
Selain itu, saat ini Nanda aktif sebagai Motivator Muda dan menjadi pembicara mengenai kewirausahaan baik didalam kampus maupun diluar kampus. Ia membuktikan ke semua orang, bahwa seorang penjual gorengan bisa menjadi seorang pengusaha sukses, seorang motivator dan tetap tidak meninggalkan tugas utamanya sebagai mahasiswa. Bahkan, Nanda bisa menciptakan lapangan kerja untuk orang lain. Nanda menjadikan usahanya itu sebagai hobi sehingga nyaman jika dilakukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H