Mohon tunggu...
Nancy Samola
Nancy Samola Mohon Tunggu... -

Perempuan biasa, pernah punya cita-cita jadi jurnalis, lantaran hobi menghayal dan suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Siapkah Pak Beye Menerima Kritik?

18 Agustus 2009   12:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:49 1868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

HARI INI, 18 Agustus 2009 merupakan Hari Konstitusi. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang di sini akrab disapa Pak Beye, menyampaikan pidatonya. Kali ini, fokus materi yang disampaikan, mengarah pada perlunya pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat. RUMGAPRES/ABROR RIZKI Menurut Pak Beye, peringatan Hari Konstitusi 18 Agustus harus dijadikan sebagai kesempatan untuk refleksi. Langkah amandemen yang dilakukan tidak hanya merumuskan konstitusi yang baik untuk negara, tetapi juga refleksi terhadap perbaikan atas konstitusi yaitu UUD 1945. Salah satu karakter dan fungsi konstitusi adalah merumuskan checks and balances. Saya sepakat dengan Pak Beye, bahwa kekuasaan yang berjalan tanpa pengawasan, akan sangat berbahaya. Banyak kasus di negara yang berlandaskan otoriter, membuat masa depan negeri tersebut dihantui persoalan korupsi. Konstitusi juga dinilai harus menunjukkan hubungan yang jelas antara rakyat dan negara. Negara tidak boleh terlalu kuat ataupun terlalu lemah. SBY menyebutkan, harus ditemukan formula hubungan yang tepat antara rakyat dan negara. Tapi bagi saya, sikap terbuka Pak Beye menerima kritik, seharusnya lebih dari itu. Seorang pemimpin negara, sudah seyogyanya bersikap terbuka dan tanggap terhadap kritik ataupun saran dari sekelilingnya. Kemarin saat Peringatan Hari Ulang Tahun Ke-64 Kemerdekaan RI misalnya, Ketua DPR RI Agung Laksono melontarkan uneg-unegnya, bahwa Indonesia semestinya terbebas dari belenggu utang dan kemiskinan. Saya lihat, kritik tersebut belum direspon serius oleh Presiden. Pak Beye, idealnya, memiliki anak buah yang pintar mencatat setiap kritik yang disampaikan oleh sekelilingnya. Apalagi ucapan Pak Agung itu, bukan rumor, bukan gosip dan bukan fitnah. Reaksi Pak Agung, seharusnya ditanggapi dengan bijak oleh seorang pemimpin 220 juta penduduk, dan bukan sekedar melontarkan ucapan "telah siap menerima kritik". Apalagi saat ini, banyak persoalan dalam negeri yang cukup banyak untuk segera diselesaikan. Tak perlu saya ungkapkan satu per satu kasus tersebut, karena sifatnya bisa menjadi debatebel lantaran ingin mendapat perioritas utama. Jika saya ditanya, persoalan korupsi dan masalah sosial merupakan 'salah dua' yang harus segera ditangani secepatnya. Untuk itu, apapun kritik yang disampaikan oleh siapapun untuk perubahan yang lebih baik, sudah saatnya dicatat oleh anak buah Pak Beye. Jika ada atau sebagian anak buah Pak Beye periode 2004-2014 kinerjanya kurang memuaskan alias "Yes,Bos!", maka sudah saatnya disingkirkan. Seorang pemimpin yang tangguh, merupakan cermin anak buah yang hebat. Sehingga di periode 2009-2014 ini, Pak Beye sudah saatnya memiliki anak buah yang memiliki ketajaman intelektual, cekatan dan memiliki akses langsung ke Pak Beye. Saya percaya, Pak Beye akan mampu memilih anak buah yang terbaik. Siapa pun dia, apakah di lingkungan Istana, Cikeas, DPR dan Partai Demokrat, kinerja mereka harus lebih baik dari sebelumnya. Semoga, pemerintahan yang baru ini, mampu mengantarkan masa depan Indonesia yang semakin baik. (Nancy Samola, aktivis Komunitas Lentera)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun