Pornografi. Kata yang kerap kita dengar. Foto, cerita dan film porno seolah sudah jadi bagian dari kehidupan masa kini. Siapa pun yang menggunakan gadget, apalagi yang memiliki koneksi internet, akan bertemu dengan pornografi. Ada yang sengaja “mengundang”, ada juga yang “berpapasan”. Banyak dari yang telah berkenalan dengannya, bersahabat, bahkan menjadi “soulmate”. Hari-hari mereka terasa hampa tanpa kehadirannya.
Masih banyak orang yang meyakini bahwa pornografi bukanlah sesuatu yang berbahaya, meskipun sudah banyak riset ilmiah yang membuktikan sebaliknya. Bahkan, hasil riset-riset tersebut sudah dipublikasikan secara luas. Ada yang disajikan dengan bahasa karya tulis, banyak yang berbentuk tulisan populer. Kita semua dapat menemukannya di internet jika kita mau.
Menurut saya, pornografi itu memikat di permukaan, tetapi sesat di kedalaman. “Manis” di luar, busuk di dalam. Pornografi tidak hanya sekadar foto, tulisan atau video porno. Ada prostitusi, perdagangan manusia, penculikan, dan kejahatan tingkat tinggi lainnya di balik bisnis pornografi.
Perempuan-perempuan yang tersenyum sumringah atau tampak bahagia pada monitor gadget Anda saat beradegan atau berpose, sesungguhnya perempuan-perempuan yang menangis. Mereka menangis karena kehilangan harga diri, kehilangan keluarga dan kehilangan harapan hidup.
Yang paling mengenaskan, pada awalnya, pornografi hanya berdampak pada orang per orang, penikmat pornografi itu sendiri. Namun, pada akhirnya, pornografi juga berdampak buruk pada masyarakat luas. Terbukti, media-media massa begitu sering memberitakan peristiwa kejahatan seksual terhadap perempuan dan anak-anak. Tepat siang tadi, Metro TV News melansir sebuah berita mengenai hal itu.
Ya, para pelaku kejahatan seksual (mulai dari yang masih ingusan, remaja, pemuda, orang dewasa, sampai tua bangka) nonton video porno sehingga lupa diri.
Kemarin, saya membuka sebuah link situs yang ditayangkan @lakilakibaru. Di situs tersebut, saya menemukan sebuah tulisan berbentuk surat. Surat seorang ibu kepada anak laki-lakinya. Meskipun demikian, menurut saya “surat” itu bukan ditujukan kepada anak laki-laki, tetapi kepada semua laki-laki. Menurut saya, isi “surat” itu sangat menarik. Kita patut membaca dan memikirkan isinya dengan cermat.
Hati-hati dengan pornografi.
Tautan:
1. Berita Metro
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H