Dengan pertolongan dan solidaritas dari beberapa supir taksi Gwang ju yang turut rela mempertaruhkan nyawa, akhirnya supir taksi dan wartawan asing tersebut berhasil sampai di Seoul.
Desember 2003 : Suatu kebanggaan bagi saya menerima penghargaan di Korea. Dan saya masih mengingat wajah orang-orang yang saya temui di Gwang ju. Saat itu musim semi tahun 1980, dan saya tidak akan pernah bisa lupa. Tapi ada satu wajah yang sangat saya rindukan, teman saya yang pemberani, Kim Sa Bok. Dia seorang supir taksi. Tanpanya, berita tentang pemberontakan Gwang ju tidak akan tersiar ke seluruh dunia. Saya takut, kata-kata saya tidak cukup untuk menggambarkan rasa terimakasih saya, tapi kau akan selalu ada dalam ingatan saya. Tuan Kim, sahabat saya yang tercinta, Terimakasih. Saya merindukanmu dan saya akan tetap menunggu. Saya berharap bertemu denganmu lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H