Kita semua pasti berharap untuk berumur panjang. Tapi sudahkah kita mempersiapkan diri untuk menghadapi masa tua nanti, secara materi dan mental, dengan kenyataan bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini.Â
Kita yang awalnya dimulai dari janin, bayi, anak-anak, dewasa dan tua, adalah suatu kepastian yang akan terjadi. Dari beberapa kejadian yang aku lihat, ketika menjadi tua/renta sifat alamiah kita kembali kekanakan, ingin diperhatikan atau lebih sensitif (karena mungkin tidak memiliki kemampuan fisik yang bagus lagi).
Saat aku SMU, opung/kakekku adalah seorang pensiunan PNS dan telah berumur 70-an. Beliau adalah seorang duda yang baru ditinggal meninggal oleh nenek, pasti perasaannya saat itu sangat sedih dan stress, ditinggal duluan oleh pasangan hidupnya.Â
Karena merasa khawatir jika dia ditinggal sendirian di rumah sebab semua anaknya sudah berumah tangga dan tinggal berjauhan darinya, maka anak-anaknya menawarkan untuk tinggal di rumah mereka secara bergantian sesuai dengan keinginan kakek dia hendak ikut siapa. Yang aku perhatikan adalah dia tetap merasa kesepian.Â
Bagaimana tidak, anak dan menantunya adalah orang-orang yang sibuk bekerja pergi pagi pulang malam, cucunya pun sudah bersekolah dan kalaupun ada yang masih kecil, sesekali dia pergi mengajaknya keluar di sore hari atau di waktu akhir pekan dia diajak keluar oleh anak-anaknya.Â
Kalau dilihat sepertinya nyaman-nyaman saja. Tetapi suatu sore, aku melihatnya termenung dan merokok sendirian di balkon, tentu saja aku khawatir akan kesehatannya, karena aku baru pertama kali melihatnya seperti itu dan bagaimana jika anak-anaknya tahu. Dia melakukannya diam-diam dan akhirnya ketahuan juga setelah beberapa hari kemudian.
Seorang anak perempuannya mengajaknya berbicara secara mendalam mewakili anak yang lain, mereka ingin tahu apa yang kakek inginkan, bagaimana perasaannya dan apa yang bisa membuatnya bahagia. Akhirnya, kakek mengatakan bahwa dia ingin kembali ke kampung halamannya, dia ingin bertemu dan bergaul di sana dengan orang-orang seusianya di sana, dia rindu suasana itu.Â
Setelah mendengar pengakuan kakek, akhirnya anak-anaknya melepas dia untuk tinggal di kampung halaman sesuai keinginannya dan anak bungsunya mengalah dan memilih pindah untuk menemaninya karena tidak tega juga melihat dia sendirian yang sepenuhnya tidak lagi mungkin bisa merawat dirinya sendiri. Sampai akhir hayatnya, dia menghembuskan nafas di suasana seperti yang dikehendakinya.
Kakek memiliki anak-anak yang mapan. Sepengamatanku, semapan apapun, sebesar apapun rumah anaknya atau sebaik apapun kondisi yang ditawarkan anak-anaknya untuknya, dia tetap memilih bahagia tinggal di rumahnya sendiri dikelilingi suasana kampung dan orang-orang seusianya, mungkin sepermainannya juga di jamannya.
Melihat kejadian viral yang belakangan ramai dibahas di jagat maya, beberapa anak disebutkan menelantarkan orang tuanya, terjadi begitu banyak opini yang berlawanan.Â