Langit berwarna jingga, pertanda sang surya ingin berlalu, pergi meninggalkan alam, dikala ia mulai enggan, menerangi bumi, sapaa selamat tinggal untuk sejenak, di alunkan kepada penghuni bumi, dikala waktu istirahatnya tiba. Sejenak ia berlalu, membawa apa yang telah ia lihat dari penghuni bumi, esok ia kembali dengan cerah, itu juga ketika tidak dihadang mendung, lintasan garis dari perintah alam yang dilalunya, membuat manusia rindu saat- saat untuk ia kembali, karena penghuni bumi akan selalu mendambakannya . Terimakasi sang surya, yang tak pernah enggan memberi cahaya, terimakasih sang tabir karena engkau dengan perintah sang pencipta, kami selalu merindu mu, saat waktu mu tiba terbitlah dengan tenang, tanpa membawa murka, apalagi petaka, terimakasih Tuhan, dari anugrah sang surya mu, yang engkau berikan kepada sang surya. Kegagahan sang surya mu sangat ku kagumi, dengan cahayanya, kami bisa berkelana disetiap ruang hidup bumi, dengan sang surya mu, tak pernah terhenti memberi ruang gerak oksigen yang dapat kami nikmati. Tenggelamlah hari ini sang matahari, dan kembalilah esok hari, untuk menemani kami dikala pagi, siang dan senja mu, dan jangan pernah engkau mati maupun uzur, karena engkau salah satu penyangga hidup kami. Katakn pada pemilik Negeri, kalau engkau hadir bukan untuk menyekiti pemilik bumi, panasnya engkau kini karena ulah manusia yang telah menghacurkan bumi, sehingga engkau terpaksa menganga, dan membakar bumi dibalik kehancuran segala penyejuk bumi, yang melindungi mu dengan oksigen yang indah dan berbau cinta, karena engkau merupakan sang surya yang tak Muak hinggap dan Sinari Bumi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H