Tujuan proses belajar mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh peserta didik. Guna mencapai tujuan tersebut perlu sebuah pendekatan. Pendekatan belajar tuntas (mastery learning) adalah pendekatan pencapaian setiap unit bahan pelajaran baik secara perseorangan maupun kelompok atau dengan kata lain penguasaan penuh (Suryobroto, 2002). Tujuan utama dari belajar tuntas adalah memungkinkan 75% sampai 90% peserta didik untuk mencapai belajar yang sama tingginya dengan kelompok terpandai dalam pengajaran klasikal.Â
Tujuan lain mastery learning adalah meningkatkan efisiensi belajar, minat belajar, dan sikap peserta didik yang positif terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Oleh karena itu taraf penguasaan minimal memiliki kriteria yaitu pencapaian 75% dari materi setiap pokok bahasan dengan melalui penilaian formatif, mencapai 60% dari nilai ideal yang diperolehnya melalui perhitungan hasil tes sub-sumatif, dan kokurikuler atau peserta didik memperoleh nilai enam dalam raport untuk mata pelajaran tersebut.
Usaha mencapai penguasaan penuh perlu diselidiki prasyarat bagi penguasaan itu. Salah satu prasyaratnya adalah merumuskan secara khusus bahan yang harus dikuasai dan tujuan itu harus dituangkan dalam suatu alat evaluasi yang bersifat sumatif agar dapat diketahui tingkat keberhasilan peserta didik.
Ciri sebuah belajar menggunakan pendekatan belajar tuntas yaitu, Pertama pengajaran didasarkan atas tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Kedua evaluasi dilakukan secara kontinyu dan didasarkan atas kriteria dilakukan secara kontinyu (continuous evaluation) agar guru dapat menerima umpan balik yang cepat, sering dan sistematis,. Ketiga menggunakan program perbaikan dan program pengayaan. Program perbaikan dan program pengayaan adalah sebagai akibat dari penggunaan evaluasi yang kontinyu dan berdasarkan kriteria serta pandangan terhadap perbedaan kecepatan belajar mengajar peserta didik dan administrasi sekolah.
Menilik konsep pendekatan mastery learning menjadi sebuah alternatif dalam proses penilaian. Â Karena dalam praktek pendekatan mastery learning, guru, peserta didik, dan sekolah/madarsah secara kontinyu telah melakukan penilaian setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar. Inilah penilaian outentik dan komprehensif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H