Kadang kita suka ngiri dan berprasangka lain dengan profesi orang lain. Kita menganggap bahwa profesi orang lain lebih menjajikan dari sisi pendapatan. Pekerja di sektor swasta misalnya menganggap orang yang berprofesi sebagai ASN lebih senang. Dia datang tiap hari ke kantor tanpa harus memikirkan apakah akan rugi atau untung, karena gajinya sudah pasti diterima setiap bulan. ASN menganggap bahwa pegawai swasta lebih enak. Gaji merka berbasis Upah Minimum Regional (UMR). Sementara pedangan harus bekerja keras agar keuntungan yang diperoleh maksimal, ketika mereka bekerja asal-asalan, maka keuntungan yang akan diperoleh akan minim.
Guru kadang memandang bahwa profesi dosen lebih enak. Dosen cukup memenuhi tri dharma perguruan tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabadian) minimal 12 SKS, maka gajinya aman. Begitupun dosen memandang profesi guru lebih enak. Begitulah kehidupan, serba saling sangka.
Ketahuilah bahwa Allah SWT. sejatinya telah menentukan nasib dan rezeki seseorang. Ketetapan yang Allah putuskan tentu sudah disesuaikan dengan kadar kapasitas dan kapabilitas manusia. Allah tidak mungkin menetapkan sebuah profesi kepada seorang manusia kecuali telah sesuai kadar kemampuanya.
Tugas kita adalah bagaimana mensyukuri apa pun profesi yang Allah berikan. Yakin dan percaya bahwa apapun profesi kita adalah sudah ketentuan Allah. Ketika Allah menetapkan profesi itu, sejatinya Allah telah ridlo terhadap profesi tersebut. Ketika kita menyukuri apapun profesinya, maka sejatinya kita telah ridho akan ketentuan Allah SWT.
Allah SWT telah berjanji, barang siapa yang bersyukur pasti Allah akan menambahkan rezekinya. Sebaliknya, jika kufur atas apa yang Allah berikan, maka adzab yang pedih akan menimpanya.
Para ulama telah mengajarkan, urusan harta lihatlah yang di bawah kita. Ketika kita punya motor maka bersyukurlah, karena ada banyak yang tidak punya motor. Ketika kita punya sepeda bersyukurlah, karenan di luar sana ada banyak yang tidak punya, dan lain sebagainya. Sebaliknya, urusan amal, lihatlah orang yang di atas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H