Karier demi karier dia bangun agar apa yang menjadi keinginannya ( cita-citanya ) dapat terwujud, dia ingin mendapat gelar sarjana, tepatnya tahun 2008 dia daftar disalah satu perguruan tinggi di kota Cimahi.
Pada tahun 2011 tepatnya bulan Pebruari, dia merasa bahwa sudah waktunya dia menata rasa meniti hati dan menjalin silatutrahmi antar insan dalam bentuk bingkai mahligai rumah tangga, diapun menambatkan hatinya pada seorang wanita dan menikahinya untuk memenuhi kesepurnaan sebagai makhluk Tuhan begitu menurut agama yang dianutnya.
Selang satu tahun menikah dia pun lulus menjadi Sarjana, di saat itulah air mata tak terbendung, hati berdetak seolah tak bergerak rasa syukur dengan apa yang dia peroleh atas usaha dan doá terucap begitu dahsyatnya, dia menggapai gelar yang dia dambakan dan yang dicita-citakkan hingga dia memiliki quote sendiri yang dia sematkan “ Tiada kisah yang tercipta tanpa rasa, tiada kesedihan bila tidak di iringi dengan duka, tiada kenangan tanpa kesan”, inilah perjuangan yang dia banggakan dan dia menggapainya.
Setelah lulus diapun melanjutkan karier yang dia bangun sampai suatu titik dia berwirausaha sendiri, dengan beberapa karyawan yang dia bawa dari kampung halaman.
Dia berjuang dengan tidak mudah dan gampang, tidak seperti seperti orang kebanyakkan, dimana yang ingin sekolah tinggal bilang papah, dan yang ingin jajan tinggal bilang mamah, dia beda dengan yang lain bahkan sangat-sangat beda. Itulah yang membuat dia bangga dengan segala pencapaiannya.
Syukur selalu terpanjatkan dalam setiap gerak jiwa dan gerak kaki dalam menjalani disetiap hari dan waktu. Titik temu pun menentukkan takdir bahwa perusahaan yang dia bangun mengalami kemunduran dan kebangkrutan yang signifikan disaat waktu kelahiran anak kedua, dia pun diam, Kacau dengan segala gelisah tidak bertuah, sampai sang istri berkata’ ini bukan akhir segalanya, kegagalan adalah tempat untuk kita beristirahat, agar kita bisa bangkit kemudian.
Tuhan sayang kepada kita, karena tidak setiap yang kita inginkan Dia diberikan, karena Tuhan tahu apa yang kita butuhkan.
Inilah kisah yang membuat dia flashback kemasa kecil bahwa dia bercita-cita untuk menjadi seorang guru, Maka sejak saat itu dia melamar untuk mengajar disebuah sekolah swasta di bandung barat karena kebetulan dia ikut dengan alamat tempat tinggal sang istri. Berjalan satu semester mengajar di sekolah tersebut, pemerintah mengumumkan bahwa akan ada penerimaan calon pegawai negeri sipil pada tahun 2018, dan dia pun ikut dalam seleksi tersebut dengan perjuangan yang luar biasa dan berbeda dengan peserta lainnya, dikarenakan dia sadar diri bahwa dia menjadi guru saja baru seumur jagung, maka dia belajar apa itu pedagogik, TIU, TWK dan TKP.
Namun ternyata takdir Tuhan bersamanya dia lolos dan berhasil melewati tahap demi tahap seleksi tersebut dengan doá dan jerih payah tentunya.
Tepat ditahun 2020, satu tahun sudah dia menjadi abdi Negara semoga dia menjadi pelayan publik yang berdedikasi, dan ber-ANEKA( akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu dan anti korupsi ), sesuai ketentuan yang berlaku untuk ASN di Negara tercinta kita ini, dan yang paling utama tertanam dalam pribadi itu sendiri bukan hanya menjadi catatan pedoman saja.
Inilah dia dengan segala cerita itu, dengan getir berani berujar bukan untuk menyombongkan atau menepak dada sendiri, tapi ini cerita semoga menjadi hikmah bagi diri pribadi penulis dan mudah-mudahan menjadi catatan bagi yang membaca, dengan kerendahan hati semoga ini menjadi ,motivasi diri bahwa pendidikkan tidak semata-mata dapat dikecap dengan mudah, ada dan bahkan banyak diluar sana yang menginginkan dan mengecap pendidikkan namun terkendala oleh suka dan duka kehidupan itu sendiri, yang mana untuk menggapai itu semua butuh perjuangan, pengorbanan bahkan air mata yang harus dikeluarkan.
“maju dan jayalah pendidikkan Indonesia dan terus bergerak dengan Transportasi digital menuju era society 5.0”.