Mohon tunggu...
Nana Roesdiono
Nana Roesdiono Mohon Tunggu... wiraswasta -

Simple but serious. Psikolog yang beralih menekuni dunia agribisnis.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Awas, Serangan Bells Palsy Bikin Wajah Menceng

28 Mei 2011   13:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:07 7595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Benar-benar mimpi buruk! Horor! Serem!

Suatu pagi dua hari setelah Idul Fitri 2009, saya bangun, menatap cermin dan mendapati separuh wajah saya (belahan kanan) kaku, bibir menceng dan kelopak mata tak bisa ditutup. Malam sebelumnya saya merasa pipi kanan gemetar dan mata sesekali berkedip tidak terkendali.

Saya bingung. Kenapa saya ini?

[caption id="attachment_111086" align="aligncenter" width="178" caption="Penderita Bells Palsy (foto : dhikarusmen.blogspot.com)"][/caption] Karena tak ada dokter, Suami membawa saya ke seorang ahli totok dan ahli tenaga prana di Batu. Tak ada hasil. Saya mengira gejala wajah menceng ini akan hilang beberapa hari kemudian. Tapi saya salah. Wajah saya tetap menakutkan sampai hari ke sembilan ketika berhasil menemui dokter spesialis syaraf.

”Ibu kena Bells Palsy, dan sudah agak terlambat karena ibu tidak memanfaatkan golden-period tiga hari setelah kena untuk mendapatkan perawatan medis. Pemulihannya akan makan waktu lama,” kata dokter, yang membuat hati saya kecut, sekecut rupa saya.

[caption id="attachment_111087" align="aligncenter" width="374" caption="Bells Palsy lebih banyak menyerang perempuan (foto : flickr.com)"][/caption] Bells Palsy atau idiopathic facial paralysis, merupakan bentuk lumpuh wajah yang terjadi karena tidak berfungsinya facial nerve (syaraf wajah)yang adalah syaraf otak nomor 7 dari 12 syaraf otak yang ada. Ngambeknya syaraf ke-7 ini membuat saya tidak bisa menggerakkan otot-otot pada sisi wajah yang terserang karena perintah dari otak untuk menggerakkan bagian wajah tidak bisa disampaikan kebagian wajah yang ingin digerakkan. Jadi, saya tidak bisa tersenyum, menaikkan alis, mengontrol air liur, mengempiskan lubang hidung dan menutup mata. Ngeri banget! [caption id="attachment_111088" align="aligncenter" width="183" caption="Bells Palsy juga menyerang remaja (Foto : science-photo.com)"][/caption] Bells Palsy dicetuskan pertama kali oleh seorang ahli anatomi Scotlandia bernama Charles Bell. Konon Bells Palsy adalah kasus lumpuh syaraf wajah yang paling akut dengan tingkat prevalensi sebesar 23 kasus per 100.000 orang. Di Indonesia angka ini tidak jelas. BP menyerang semua usia dan semua jenis kelamin, t dan perempuan sampai usia 30 sangat rawan kena Bells Palsy. Penyebab pasti serangan Bells Palsy tidak diketahui secara pasti. Dugaan sementara penyebab Bells Palsy adalah virus, dan ada juga kajian yang menyatakan bahwa Bells Palsy bisa dipicu oleh trauma (stres fisik), dan faktor lingkungan (udara dingin). Saya jadi ingat sehari sebelumnya saya memang berdingin-dingin di kawasan Air Terjun Cuban Rondo, Batu, Malang kemudian kena semburan AC mobil dalam perjalanan di kemacetan lalu-lintas dari Batu ke Malang, dan kena dingin lagi ketika ada acara reunian suami di Lawang, Malang. [caption id="attachment_111089" align="aligncenter" width="268" caption="Wajah saya sebelum kena Bells Palsy (foto : Nana Roesdiono)"][/caption] Bells Palsy ringan bisa cepat sembuh. Tapi saya kena Bells Palsy kategori berat, yakni tidak bisa menutup mata dan ujung bibir kanan, dan tidak bisa menggerakkan wajah bagian kanan secara keseluruhan. Terbayang di hadapan saya, saya akan menghadapi berbagai macam perawatan dan therapi dan hari-hari yang berat secara sosial dan psikologis dengan adanya perubahan penampilan raut muka. Repotnya lagi, saat itu saya sedang hamil anak ketiga (dapat bonus di usia saya yang ke 43). Jadi, ketika menulis resep obat syaraf untuk saya, dokter harus hati-hati agar obat tidak menganggu janin saya. Saya juga harus rajin akunpunktur, dan lagi-lagi, karena kehamilan, tusukan jarum akunpunktur hanya bisa berkisar di darah pipi. Dokter akupunktur tak berani main tusuk mendekati kawasan rahim. Saya juga musti bergaul erat dengan SWD (Short Wave Diamethry), alatyang digunakan untuk memanaskan jaringan dan pembuluh darah dengan gelombang pendek untuk melancarkan peredaran darah secara rutin. Biaya perawatan saya ogah menghitung, sebab bikin tambah stress. Wajah saya setelah kena Bells Palsy (foto : Nana Roesdiono) Selama setengah bulan, bila tidur, saya harus memplester kelopak mata kanan agar bisa tertutup rapat. Kalau tidak, mata yang dibiarkan terbuka terus akan mengalami kerastase (kekeringan) yang bisa merusak kornea dan menyebabkan kebutaan. Untung kemudian mata saya bisa tertutup. Tapi, seperti yang sudah diduga dokter saya, pemulihan wajah secara kesluruhan berlangsung lama. Sampai saat ini saya masih belum bisa menutup mata dan bibir dengan baik, dan belum bisa melakukan gerakan bersiul. Bila tersenyum, wajah masih kelihatan menceng karena belahan wajah kanan tidak bisa bergerak elastis seperti belahan wajah kiri. Ketidakseimbangan gerakan kanan dan kiri inilah yang menyebabkan wajah kelihatan berantakan. Wajah saya dalam masa perawatan (foto : Nadia Roesdiono) TETAP PERCAYA DIRI Harusnya saya ’down’ dengan kondisi wajah saya. Setiap bertemu teman atau kerabat, pertanyaan mereka sama. ”Wih, kok jadi gitu?Kena stroke, ya?”. Saya bilang, ”Ini bukan kena stroke, ini Bells Palsy”. Tapi saya menolak untuk begitu saja secara sosial dikalahkan penyakit ini. Sebagai pengusaha bisnis rental tanaman hias, saya jalan terus, tak perduli padangan orang. Saya tetap menghadiri undangan-undangan meeting dan undangan-undangan sosial lain, termasuk arisan dan berbagai gathering lain. Saya juga melaju terus tatkala harus bersaing mendapatkan beasiswa belajar di Belanda (akhirnya dapat beasiswa itu dan belajar ilmu global trading bidang agribisnis di Has Den Bosch, Belanda ), dan cuek saja melancong ke negara-negara tetangga buat nonton pameran tanaman, misalnya. Dan asyiknya lagi, suami makin sayang (meski ciuman bibir jadi sulit karena bibir tak bisa elastis lagi, he he he he). Sejak tiga hari lalu suami mendorong-dorong saya untuk menulis tentang Bells Palsy yang menimpa saya, agar bisa diinformasikan kepada pembaca Kompasianer dan blogger lain; minimal agar pembaca tahu bahwa Bells Palsy bisa menyerang siapa saja, kapan saja, terutama—kata sumber saya—pengidap diabetes, darah tinggi dan ibu hamil. Yang jelas, saya menghindari operasi syaraf, karena sumber-sumber mengatakan, meski sudah dioperasi, Anda masih bisa kena Bells Palsy lagi. Selain itu, operasi terhadap Bells Palsy berisiko lain, yakni hilangnya kemampuan pendengaran. Lalu sampai kapan wajah saya akan terus menceng? Dari sumber-sumber di internet saya baca, Bells Palsy bisa berlangsung sampai 6 tahun! BAGAIMANA AGAR TAK KENA BELLS PALSY? Banyak sumber menyarankan agar kita menghindari stress fisik dan stress lingkungan. Yang dimaksud stres lingkungan adalah hembusan udara dingin. Jadi, hindarkan kena semburan AC langsung pada wajah (di rumah, di kantor atau di mobil), jangan tiduran dengan pipi menempel di lantai, jangan duduk di mobil dengan jendela terbuka dan angin menampar-nampar pipi. ”Angin yang masuk ke tengkorak membuat syaraf di sekitar wajah sembab lalu membesar. Pembengkakan syaraf nomor tujuh atau nervous fascialis ini mengakibatkan pasokan darah ke syaraf tersebut terhenti, yang menyebabkan kematian sel yang pada gilirannya mengganggu hantaran impuls,” ujar dokter ahli syaraf RS Gatot Subroto, Dr Hardhi Pranata SpS MARS, seperti dimuat Republika, 27 Maret 2007. [caption id="attachment_111094" align="aligncenter" width="319" caption="Wajah saya sekarang setelah hampir dua tahun kena Bells Palsy (Foto : Eddy Roesdiono)"][/caption] Sumber : http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=287657&kat_id=13 www.wikipedia.com

http://www.wrongdiagnosis.com/b/bells_palsy/prevalence.htm?ktrack=kcplink#prevalence_discussion

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun