Bila Anda pergi ke bank dan setor uang, Anda mungkin akan dapat bunga. Bila Anda pergi ke Bank Sampah dan setor sampah, Anda akan dapat uang tunai.
Bank Sampah?
[caption id="attachment_354568" align="aligncenter" width="490" caption="Berbagai jenis sampah setoran (foto : Eddy Roesdiono)"][/caption]
Ya, Anda tidak salah baca. Hari ini saya menghabiskan setengah hari Minggu untuk acara peresmian Bank Sampah Anggrek, di RW V Babatan Pilang, Kecamatan Wiyung , Surabaya. Seminggu sebelum peresmian Bank Sampah Anggrek, selebaran sudah dibagikan ke rumah-rumah warga. Dan tadi pagi, pengumuman ajakan untuk menyetor sampah ke Bank Sampah sudah pula disampaikan melalui corong masjid.
[caption id="attachment_354569" align="aligncenter" width="430" caption="Mendaftar menjadi nasabah bank sampah (foto : Eddy Roesdiono)"]
Sekitar 50 orang—kebanyakan ibu-ibu—menyambut gembira gagasan Bank Sampah ini. Mereka hadir membawa sampah yang siap disetor. Balai RW disulap menjadi semacam kawasan ‘bank’: ada bagian registrasi untuk mendapatkan Buku Tabungan Sampah, ada bagian pencatatan setoran, dan—ini yang tidak terdapat pada bank lazimnya—ada bagian penimbangan sampah.
[caption id="attachment_354572" align="aligncenter" width="538" caption="Penimbangan sampah (Foto : Eddy Roesdiono)"]
Bank Sampah digagas oleh Kementrian Lingkungan Hidup untuk mengajar masyarakat agar berperanserta merawat lingkungan dalam konteks reduce, recycle, reuse. “Bank Sampah merupakan kegiatan yang membantu masyarakat mengelola sampah. Pada tahap ini, kita berfokus terlebih dahulu pada pengelolaan sampah kering dari rumah tangga seperti besi, kuningan, seng, tutup botol plastik, kertas dan plastik,” ujar Titik Pancawati, Direktur Bank Sampah Anggrek, RW V Babatan Pilang. Warga masyarakat bisa menyetorkan sampah ke Bank Sampah pada hari Sabtu dan Minggu ke tempat yang ditunjuk.
Jenis dan bobot sampah yang disetor akan dicatat pada buku tabungan masing-masing nasabah dan pada buku catatan Bank Sampah. Pada akhir bulan, nasabah bisa memperoleh uang tunai berdasarkan jenis dan jumlah setoran sampah mereka. Sayang belum ditentukan besaran uang tunai untuk masing-masing sampah. “Kita punya ketentuan pembayaran uang tunai untuk masing-masing jenis sampah, yang sudah dipilah-pilah berdasarkan jenisnya. Bila nasabah menyetorkan jenis sampah yang tercampur aduk, harganya lebih rendah,” lanjut Titik Pancawati.
Sebagai lembaga masyarakat, Bank Sampah bergerak dengan dukungan berbagai pihak: Pihak Rukun Warga menyediakan tempat dan legalitas, serta beberapa pihak yang berperan sebagai donatur sarana, pelatihan penanganan sampah, pengepul (tengkulak sampah) dan tenaga kerja.
Untuk urusan pelatihan, Bank Sampah Anggrek mendapatkan bantuan dari Pusdakota, sebuah lembaga di bawah Universitas Surabaya. “Pusdakota akan memberikan lathan ketrampilan untuk pengurus Bank Sampah, memberikan sosialisasi pemilahan dan penanganan sampah kepada masyarakat, dan pengembangan rumah kompos untuk sampak organik,” ujar Parwito, anggpta staf Pengembangan Kewirausahaan Pusdakota.
[caption id="attachment_354574" align="aligncenter" width="461" caption="Buku Tabungan Sampah (foto : Eddy Roesdiono)"]
Bank Sampah Anggrek, seperti bank sampah lain di Surabaya, juga mendapatkan bantuan sarana dari program CSR (Corporate Social Responsibility) Unilever melalui Wehasta, sebuah LSM yang mewakili Unilever.
“Kami menyumbangkan buku tabungan sampah, kaos tangan, pendampingan dan timbangan sampah,” ujar Trimulyono dan Wendy. Motivator lapangan dari Wehasta. Trimulyono menyebutkan bahwa Wehasta telah berperan membantu penyediaan sarana semacam ini untuk 184 bank sampah di Surabaya sejak tahun 2011. Ia menargetkan pembentukan total 190 bank sampah di akhir tahun 2014.
“Kehadiran bank sampah sangat membantu mengurangi sampah yang masuk ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Benowo,” kata Trimulyono ketika ditanya tentang manfaat bank sampah di tengah masyarakat.
Apa pendapat masyarakat tentang bank sampah? “Bank Sampah membantu kami menyingkirkan tumpukan sampah di rumah seperti kertas, kardus, botol plastik. Tempat setor sampah juga dekat rumah, jadi gampang,” tutur Risa Asani, nasabah Bank Sampah Anggrek. Risa tak tahu bahwa penyetoran sampah ke bank sampah akan diimbali uang tunai. Yang jelas, penyetoran sampah ke bank sampah lebih nyaman bila dibandingkan dengan menjual sampah ke pemulung yang keliling kampung. Pemulung pilih-pilih jenis sampah yang mereka beli sementara bank sampah bisa terima semua jenis sampah kering karena pengurus tahu ke mana berbagai jenis sampah sampah itu diteruskan.
[caption id="attachment_354576" align="aligncenter" width="538" caption="Risa Asani, nasabah bank sampah dengan Buku Tabungan Sampah (foto : Eddy Roesdiono)"]
Soal penerusan sampah ini menarik juga dibahas. Pada acara peresmian Bank Sampah Anggrek, pengurus mengundang Solikan, tengkulak besar sampah daur ulang yang diberi kesempatan untuk bicara pada masyarakat tentang jenis-jenis sampah yang bisa disetor padanya untuk dijual sebagai produk daur ulang.
Terakhir, peresmian Bank Sampah dan kepengurusan Bank Sampah Anggrek selama tiga bulan ini beruntung mendapatkan bantuan tenaga gratis dari 15 mahasiswa Universitas Katholik Darma Cendika melalui program KKN (Kuliah Kerja Nyata) Profesi.
“KKN Profesi adalah KKN mahasiswa dari berbagai jurusan yang sudah punya pekerjaan dan hanya bisa membantu bekerja pada Bank Sampah di hari Sabtu dan Minggu. Selama tiga bulan kami khusus akan membantu kerja di Bank Sampah Anggrek,” kata Evy Novianti, mahasiswa jurusan Akuntansi yang terlibat dalam KKN itu.
Yuk, mulai turut serta mengatasi limbah di sekitar kita untuk mendapatkan lingkungan yang lebih bersih dan nyaman melalui bank sampah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H