Mohon tunggu...
Nanang Hermawan
Nanang Hermawan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Karyawan sebuah Lembaga Pemerintah Non Kementerian di bidang pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia, pernah ngangsu kawruh di Fakultas Teknik "Sastra" Nuklir Kampus Biru Bulaksumur, Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Nuklir Dukung Ketahanan Pangan Nasional

9 Desember 2012   06:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:57 1118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Nuklir lebih dikenal untuk bom nuklir ataupun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Di samping penggunaan nuklir untuk kepentingan militer atau energi, nuklir untuk tujuan damai sebenarnya telah banyak diterapkan untuk bidang pertanian, kesehatan, dan industri. Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) yang pada 5 Desember 2012 ini tepat berusia 54 tahun, sudah beberapa dekade juga mendalami kegiatan litbangyasa di bidang pertanian dalam rangka turut memberikan sumbangsih perwujudan ketahanan pangan nasional.

Sebagaimana kita ketahui bersama, dewasa ini telah terjadi degradasi alam akibat adanya pemanasan global. Di sisi lain, pertumbuhan penduduk bumi bertambah pesat dan menimbulkan permasalahan kompleks terhadap pemenuhan setiap aspek kebutuhan dasar manusia, seperti pangan, sandang, dan papan yang layak. Tantangan pembangunan di masa depan berkaitan langsung dengan isu kecukupan pangan, energi, air dan kelestarian lingkungan hidup.

Batan, sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang bertugas membantu Presiden dalam bidang litbangyasa serta diseminasi pemanfaatan teknologi nuklir untuk tujuan damai guna meningkatkan kesejahteraan rakyat, juga memanfaatkan radiasi untuk melakukan penemuan bibit unggul terhadap beberapa varietas tanaman pangan. Varietas unggul dihasilkan dengan teknik mutasi genetik akibat penyinaran paparan radiasi. Penyinaran radiasi merupakan salah satu teknik pemuliaan tanaman.

Radiasi yang dikenakan terhadap biji tanaman dapat mengubah sifat genetik tanaman yang bersangkutan. Sel tanaman yang mengalami perubahan genetik akibat radiasi atau mutasi disebut mutan. Melalui proses seleksi, dapat dipilih mutan bibit tanaman baru yang memiliki sifat-sifat unggul yang dikehendaki, seperti sifat genjah, tahan hama dan penyakit, rasa lebih enak, dan hasil yang lebih banyak. Penggunaan radiasi tidak akan memberikan dampak negatif terhadap pengkonsumi bahan pangan yang dikembangkan melalui penyinaran radiasi, karena radiasi hanya diberikan untuk tanaman induk, sedangkan pangan yang dikonsumsi biasanya berasal dari tanaman turunan beberapa generasi melalui proses penangkaran.

Sejauh ini Batan telah menghasilkan dua puluhan varietas padi, 4 kedelai, 1 kacang hijau, dan 1 kapas. Beberapa varietas padi unggulan hasil mutasi genetik radiasi diantaranya Atomita I – IV, Situgintung, Cilosari, Merauke, Woyla, Kahayan, Winongo, Diah Suci, Yuwono, Mayang, Mira I, Bestari, dan Inpari Sidenuk. Kesemua varietas tersebut telah mendapatkan sertifikasi dari Kementerian Pertanian dan memberikan kontribusi 10% bagi penyediaan varietas padi secara nasional. Diantara sifat-sifat unggul varietas padi yang dihasilkan Batan, seperti produktivitas tinggi, tahan hama dan penyakit, dan berumur genjah. Sebagai gambaran lebih lanjut tentang sifat unggul, padi penemuan Batan mampu menghasilkan panenan rata-rata mencapai 7 ton gabah kering giling per hektar (dibandingkan rata-rata nasional 5,5 ton per hektar). Bahkan produktivitas padi masih dapat dimaksimalkan potensinya hingga mencapai 9,2 ton gabah kering giling per hektarnya.

Semenjak tahun 2000, Batan menggandeng kerja sama dengan berbagai pemerintah daerah dengan kelompok taninya, untuk membuat lahan percontohan penanaman padi. Tercatat luas lahan sawah yang ditanami padi Batan mencapai 3 juta hektar dan telah menyebar di 20 provinsi.

Di samping peningkatan beras sebagai bahan makanan pokok bagi sebagian besar rakyat Indonesia, konsumsi gandum (sorgum) juga meningkat pesat. Gandum banyak digunakan untuk bahan baku pembuatan roti, mie, berbagai kue dan aneka menu makanan olahan. Untuk memenuhi kebutuhan gandum di dalam negeri, negara kita masih mengimpor dari luar negeri karena gandum memang paling cocok dibudidayakan di daerah subtropis. Hal ini tentu saja menjadikan ketergantungan pangan terhadap negara lain tinggi dan rentan terhadap ketahanan pangan nasional.

Menghadapi permasalahan tersebut, Batan melakukan terobosan dengan upaya pemuliaan bibit tanaman sorgum melalui iradiasi. Hasilnya berupa penemuan varietas tanaman sorgum (Sorgum bicolor L.) yang potensial dibudidayakan dan dikembangkan di lahan marginal dan kering yang banyak terdapat di negara kita. Keunggulan sorgum yang dihasilkan adalah daya adaptasi agroekologis yang sangat tinggi, tahan terhadap kekeringan, produktivitas tinggi, serta tahan hama dan penyakit. Di samping itu, sorgum memiliki kandungan nutrisi dan protein yang tinggi jika dibandingkan beras.

Selain litbangyasa untuk penemuan varietas bibit tanaman pangan unggul, Batan juga meneliti efisiensi pemupukan dan nutrisi tanaman. Dengan teknik perunutan unsur bertanda (unsur radioaktif yang disenyawakan dengan pupuk) dapat diketahui kebutuhan optimum unsur hara untuk suatu tanaman dan waktu pemupukan yang paling tepat. Dengan demikian penghematan terhadap pupuk dapat dilakukan, sekaligus sebagai tindakan untuk tetap memelihara dan menjaga kesuburan lahan pertanian.

Terkait dengan penyediaan daging dan susu, Batan telah menghasilkan suplemen pakan ternak ruminansia berupa Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) dan Suplemen Pakan Multinutrient (SPM) yang secara efisien dapat mendukung pertumbuhan dan peningkatan bobot badan ternak serta produksi dan kualitas susu.

Pertanyaan dari warga masyarakat barangkali siapakah yang menjamin keamanan atau keselamatan penggunaan hasil litbangyasa nuklir untuk pangan tersebut? Apakah sehat untuk dikonsumi dan tidak berbahaya bagi manusia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun