Mohon tunggu...
Nanang Hermawan
Nanang Hermawan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Karyawan sebuah Lembaga Pemerintah Non Kementerian di bidang pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia, pernah ngangsu kawruh di Fakultas Teknik "Sastra" Nuklir Kampus Biru Bulaksumur, Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Aware dengan Radiasi Nuklir

8 November 2013   15:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:26 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Radiasi merupakan peristiwa perpindahan energi tanpa melalui media perantara, seperti ruang hampa atau udara. Beberapa contoh peristiwa radiasi diantaranya perambatan panas, cahaya, gelombang radio, gelombang mikro dan sinar-X. Di sisi lain, radiasi lebih dipahami di kalangan masyarakat luas sebagai pancaran radiasi berbahaya dari atom yang tidak stabil. Hal demikian memang tidak sepenuhnya salah, tetapi ada beberapa pengertian mendasar yang harus lebih diluruskan dan dilengkapi agar terbentuk sebuah kesatuan pemahaman yang lebih menyeluruh.

Beberapa jenis radiasi dapat melewati jaringan sel makhluk hidup dan mempengaruhi netralitas sel-sel makhluk hidup tersebut. Peristiwa inilah yang disebut sebagai ionisasi. Adapun radiasi yang dapat memicu ionisasi diistilahkan sebagai radiasi pengion. Radiasi pengion inilah yang dipahami secara umum sebagai radiasi atom atau radiasi nuklir.

Dilihat dari sisi materi pembangkitannya,sumber radiasi dapat berupa zat radioaktif (radioisotop) atau pembangkit radiasi pengion. Radiasi dari zat radioaktif dipancarkan dari inti isotop atom yang tidak stabil. Dalam proses menuju kestabilan, radioisotop memancarkan radiasi berupa pancaran partikel alpha (α) dan beta (β), maupun gelombang elektromagnetik berupa sinar gamma (γ). Ambang batas energi minimal suatu radiasi dapat mengionisasi materi yang dilewatinya adalah 1 MeV. Adapun contoh radiasi yang dipancarkan dari pembangkit radiasi pengion adalah radiasi sinar-X yang sudah sangat familiar di masyarakat awam sekalipun.

Perbedaan mendasar radiasi yang dipancarkan dari radioisotop dan pembangkit radiasi pengion adalah kontinyuitas pencaran radiasinya. Pada radioisotop, pancaran radiasi akan terus dipancarkan selama inti atom tidak stabil dan dalam proses menuju kestabilannya. Tidak peduli apakah radiasinya dimanfaatkan atau tidak, radiasi tetap dipancarkan inti atom. Peristiwa inilah yang dikenal sebagai proses peluruhan inti atom.

Berbeda dengan radioisotop yang memancarkan radiasi secara terus-menerus, pembangkit radiasi pengion hanya memancarkan radiasi pada saat mesin pembangkit radiasi diaktifkan atau mendapatkan catu daya energi. Pesawat sinar-X di klinik atau rumah sakit, tidak akan memancarkan radiasi pada saat tidak sedang dipergunakan untuk memeriksa pasien. Pada saat mesin sinar-X tidak dioperasikan, tidak ada radiasi yang dipancarkan. Dalam kondisi tersebut, pesawat sinar-X hanya perangkat besi biasa yang sama sekali tidak berbahaya.

Ditinjau dari asal-usulnya, radiasi nuklir dapat berasal dari alam ataupun buatan manusia. Radiasi alam dipancarkan dari batuan atau mineral penyusun kerak bumi (radiasi teresterial atau primordial), dan radiasi dari benda ruang angkasa (radiasi kosmik). Sedangkan radiasi buatan manusia dapat berasal dari radioisotop yang dibuat di reaktor nuklir maupun akselerator, pengoperasian reaktor nuklir, maupun dari pembangkit radiasi pengion tadi. Dengan demikian, sebenarnya secara alamiah kita menerima radiasi dalam kehidupan sehari-hari dari radiasi alamiah yang dipancarkan alam. Lalu seberapa besar kita menerima radiasi alam?

United Nations Scientific Committe on the Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR), dalam laporan terakhirnya memperkirakan rata-rata dosis radiasi tahunan yang kita terima dari alam sebesar 2,4 mSv, masing-masing berasal dari radiasi teresterial 0,48 mSv, radiasi kosmik 0,39 mSv, pancaran gas Radon 1,26 mSv, dan radiasi yang masuk ke tubuh melalui pencernaan sebesar 0,29 mSv. Apakah radiasi tersebut aman? Apapun yang diciptakan Tuhan secara alamiah aman bagi keselamatan dan kesehatan manusia, termasuk radiasi alam ini.

Beberapa sumber radiasi yang signifikan memberikan dosis kepada manusia diantaranya radiasi sinar kosmik dalam 10 kali penerbangan mencapai 0,03 mSv, setiap perlakuan sinar-X untuk pemeriksaan dada sebesar 0,05 mSv, serta pemeriksaan CT scan 10 mSv. Bandingkan dengan penerimaan pekerja di dalam instalasi nuklir (PLTN) yang menerima radiasi 1 mSv per tahunnya!

Dari gambaran data-data tersebut di atas, fakta bahwa kita secara alamiah menerima radiasi dari alam dan hal tersebut tidak membahayakan. Kita ternyata dalam aktivitas keseharian tidak dapat lepas dari paparan radiasi nuklir. Pemahaman kita selama ini, radiasi nuklir adalah sesuatu yang sangat jauh dari keseharian kita, hanya berkaitan dengan bom nuklir, dari limbah radioaktif, atau pengoperasian reaktor nuklir. Ternyata tanpa kegiatan penggunaan tenaga nuklir di sekitar kitapun, kita tetap menerima radiasi nuklir dari alam.

Kesadaran atau awareness mengenai keberadaan radiasi nuklir di sekitar inilah yang belum dipahami dengan baik, sehingga seolah senantiasa dimunculkan kabar bahwa radiasi nuklir pasti berbahaya. Terdapat jurang kesenjangan informasi yang perlu diluruskan.

Hiruk-pikuk penyelenggaraan kontes Miss World dan padatnya rangkaian pertemuan APEC di Bali beberapa waktu lalu, seolah memalingkan publik dari International Conference on the Sources, Effects, and Risks of Ionizing Radiation, sebuah forum pertemuan para ahli proteksi radiasi dari seluruh penjuru dunia yang juga diselenggarakan di Bali pada 10-11 Oktober 2013. Indonesia, melalui Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) mendapatkan kehormatan sebagai tuan rumah konferensi yang mengusung tema Enhancing Awareness and Improving Understanding among Stakeholders on the Levels of Ionizing Radiation and the Related Health and Environmental Effects.

Dari tema konferensi, sangat disadari bahwa masih terdapat kesenjangan informasi dan pemahaman awam mengenai sumber, efek, dan risiko dari radiasi nuklir. Kesenjangan informasi antara komunitas nuklir dengan para pemangku kepentingan yang terkait, termasuk masyarakat awam, harus dipersempit dengan penyebarluasan informasi dan edukasi yang memadai.

Batan, sebagai pelaksana kegiatan litbang dan promosi nuklir harus semakin intensif dalam memasyarakatkan nuklir kepada publik untuk meyakinkan bahwa nuklir adalah bagian kehidupan kita sehari-hari. Demikian halnya, Bapeten selaku pengawas kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir di tanah air juga harus mampu meyakinkan masyarakat bahwa setiap kegiatan yang berkaitan dengan tenaga nuklir dilakukan dengan peralatan, personil dan prosedur yang memenuhi setiap aspek peraturan perundang-undangan dan standar yang berlaku.

Penggunaan tenaga nuklir secara baik, benar, dan bertanggung jawab, dengan mengikuti semua ketentuan peraturan dan standar yang berlaku akan berlangsung tanpa merugikan keselamatan, keamanan, dan kesehatan semua pihak. Dengan demikian masyarakat tidak perlu lagi takut, alergi ataupun trauma terhadap nuklir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun