Mohon tunggu...
Nanang Hermawan
Nanang Hermawan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Karyawan sebuah Lembaga Pemerintah Non Kementerian di bidang pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia, pernah ngangsu kawruh di Fakultas Teknik "Sastra" Nuklir Kampus Biru Bulaksumur, Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Listrik Nuklir Kembali Mengalir di Jepang

7 Agustus 2012   01:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:09 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peristiwa kecelakaan PLTN Fukushima Daiichi akibat terjangan gelombang tsunami pada 11 Maret 2011 yang lalu telah mendorong dilakukannya kajian mendalam terhadap sistem keselamatan (stress test) untuk semua PLTN di Jepang. Dalam rangka pelaksanaan stress test tersebut 50 PLTN (dengan kapasitas total pembangkitan listrik 46,15 GWe)  otomatis tidak dioperasikan atau dalam kondisi shutdown. Meskipun penghentian operasi tersebut dilaksanakan secara bertahap, namun per 5 Mei 2012, dengan penghentian operasional PLTN Tomari Unit 3, negeri Sakura tersebut memasuki musim panas tanpa listrik dari nuklir setelah lebih dari 40 tahun.

Jepang adalah negara industri terkemuka yang memerlukan dukungan ketersediaan pasokan energi yang cukup dan handal. Dengan padamnya semua PLTN, pasokan listrik nuklir yang memberikan kontribusi sekitar 30% tentu sangat terasa dampaknya. Sebagai antisipasi jangka pendek, Jepang meningkatkan pembangkitan listrik dari sumber konvensional, yaitu minyak bumi dan batubara. Tercatat selama lebih dari satu tahun terakhir, impor kedua komoditas tersebut meningkat 5-10%. Di samping itu, pemerintah juga memprogramkan penghematan listrik besar-besaran di sektor rumah tangga, perkantoran, hingga bisnis. Namun demikian apakah kebutuhan listrik tercukupi dengan aman, apalagi memasuki musim panas dimana biasa terjadi puncak beban listrik?

Meskipun popularitas dukungan publik terhadap program nuklir di Jepang pasca tragedi Fukushima Daiichi tahun lalu sangat merosot, bahkan di bawah kisaran 20%, tetapi masyarakat Jepang harus cukup realistis bahwa mereka tidak akan mudah meninggalkan nuklir dalam jangka pendek. Meskipun upaya penghematan listrik di sisi penggunaan, dan penambahan pembangkitan listrik dari sumber lain di sisi penyediaan telah dilakukan, namun tidak sepenuhnya bisa mencukupi kebutuhan listrik untuk keseluruhan negeri Jepang.

Data dari Ministry of Economi, Trade, and Energy Jepang memperkirakan bahwa kebutuhan listrik untuk musim panas tahun ini kurang lebih 170,8 GWe. Sedangkan kemampuan pasokan listrik diperkirakan mencapai 170,3 GWe. Dengan demikian masih akan terjadi kekurangan pasokan listrik sebesar 0,5 GWe. Sebagai perbandingan, kapasitas penyediaan listrik selama musim pada tahun 2010 sebesar 195,2 GWe, dan pada tahun 2011 sebesar 171,4 GWe. Hal ini berarti bahwa dengan segala upaya penghematan dan diversifikasi energi, meskipun kebutuhan bisa ditekan secara maksimal, akan tetapi masih terdapat kekurangan pasokan listrik.

Program antisipasi kekurangan listrik memang telah dicanangkan oleh pemerintah Jepang, diantaranya adalah pengetatan penghematan penggunaan listrik di sisi pelanggan (tanpa mengganggu fasilitas umum, seperti rumah sakit dan sarana transportasi) pada waktu jam sibuk (pukul 09.00 – 20.00) terhitung tanggal 2 Juli 2012 hingga 28 September 2012. Bahkan untuk mendukung pengetatan penghematan listrik diwacanakan untuk menaikkan tarif listrik pada selang waktu beban puncak tersebut. Selain itu pemadaman bergilir di beberapa wilayah pelayanan Hokaido, Kansai, Shikoku, dan Kyusu EPCO akan dilakukan secara kondisional.( ANRE-METI)

Menyadari semua kemungkinan kebutuhan listrik yang tidak tercukupi, beberapa kelompok masyarakat ataupun pemerintah lokal memandang realistis untuk mengusulkan pengoperasian PLTN di wilayah mereka. Perfecture Fukui di wilayah barat Jepang bahkan semenjak bulan April telah mengusulkan restrarting PLTN Ohi Unit 3 dan 4 yang dioperasikan oleh Kansai Electric Power Company (KEPCO). Setelah melalui proses evaluasi dan penilaian yang panjang terhadap hasil stress test terhadap kedua PLTN tersebut, pada 16 Juni 2012 akhirnya pemerintah pusat ( melalui Perdana Menteri Yoshihiko Noda) memberikan keputusan pengoperasian kembali kedua PLTN tersebut.

Setelah melakukan segala persiapan teknis, PLTN Ohi Unit 3 di-restart pada 1 Juli 2012 dan mencapai kondisi kritis pada jam 06.00 pagi keesokan harinya. Pengoperasian kembali reaktor ini di bawah pengawasan yang sangat ketat oleh Nucelar and Industrial Safety Agency (NISA) dan disaksikan langsung oleh Mr. Seishu Makino, Senior Vice Minister of Economic, Trade, dan Industry (METI). Selanjutnya reaktor mulai membangkitkan listrik pada tanggal 5 Juli 2012 dan mencapai kapasitas penuh 1,180 GWe pada 9 Juli 2012. Tanggal ini menandai berakhirnya masa vakum listrik nuklir Jepang yang berlangsung kurang lebih dua bulan, semenjak 5 Mei 2012, saat seluruh PLTN harus menjalani stress test. PLTN Ohi Unit 4 kemudian menyusul dioperasikan kembali per 21 Juli 2012 dan mencapai kapasitas penuh pada 25 Juli 2012.

PLTN Ohi Unit 3 dan 4, yang terletak di pantai barat pulau Honsyu, merupakan reaktor tipe air tekan (Pressurizer Water Reactor, PWR). PLTN ini berbeda dengan PLTN Fukushima Daiichi yang bertipe reaktor air didih (Boiling Water Reactor, BWR). PLTN Ohi Unit 3 dan 4 selesai dikonstruksi pada awal tahun 90-an, dan mulai dioperasikan masing-masing pada 18 Desember 1991 dan 2 Februari 1993. Dengan demikian kedua PLTN tersebut baru dioperasikan setengah waktu umur pakainya (biasanya sekitar 40 tahun), dan apabila pemerintah Jepang (melalui NISA dan METI) telah menyetujui hasil stress test, serta beberapa up grade sistemnya, maka PLTN tersebut dipastikan akan beroperasi secara aman dan selamat.

Dengan pengoperasian  PLTN Ohi Unit 3 dan 4 secara penuh, maka listrik nuklir Jepang kembali mengalir dengan kapasitas 2,36 GWe (5,11 persen dari kapasitas total 46,15 GWe). Setelah operasional kedua PLTN ini tidak menutup kemungkinan Jepang akan mengoperasikan kembali PLTN-PLTN yang lainnya, tentu saja setelah memastikan semua sruktur, sistem dan komponen dapat beroperasi secara handal dan selamat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun