ERA NEW NORMAL ANTARA DARING DAN LURING
Oleh: Nanang M. Safa
Pandemi Corona (Covid-19) benar-benar telah memorak-porandakan segala tatanan kehidupan. Berbagai tananan yang selama ini sudah mapan dan menjadi kebiasaan menjadi amburadul dan kacau-balau. Bukan hanya yang bersifat anjuran, namun juga yang bersifat kewajiban. Rutinitas yang bagi sebagian besar orang sudah menjadi hal yang memberikan kenyamanan, terpaksa atau dipaksa untuk sementara ditiadakan, atau setidaknya butuh pola baru untuk bisa tetap dilaksanakan.
Akibat Covid-19 banyak korban berjatuhan, terutama dari pihak garda paling depan (dokter dan perawat) yang setiap hari memang harus bersentuhan langsung dengan virus misterius ini. Prediksi demi prediksi terus dimentahkan dengan banyaknya kasus baru korban Covid-19. Rencana masuk kerja dan masuk sekolah berulang kali harus diundur dalam rentang waktu yang tidak pasti. Covid-19 benar-benar telah menguji rasa optimisme kita semua.
Kita sekarang memasuki masa New Normal. Atau setidaknya kita dipaksa untuk memasuki masa New Normal. Masa new normal merupakan tatanan kehidupan baru yang tentu sedikit banyak berbeda dengan pola kehidupan sebelumnya yang sudah menjadi kebiasaan keseharian kita. Ada aturan baru yang harus dipatuhi sebagai bentuk ikhtiar bersama dalam mencegah meluasnya penyebaran Covid-19. Kita harus bisa beradaptasi dengan pola kehidupan baru tersebut. Banyak tantangan dan aturan-aturan baru yang harus diikuti dan dipatuhi.
Jika dibandingkan dengan masa pandemi yang lalu, pola kehidupan New Normal memang sudah cukup longgar. Jika fase awal merebaknya Covid-19 hampir semua bidang pekerjaan harus dikerjakan di rumah (work from home), di masa New Normal sekarang boleh dikerjakan di tempat yang seharusnya, tentu dengan syarat-syarat dan aturan-aturan tertentu pula. Sekali lagi sebagai bentuk ikhtiar bersama. Transformasi budaya hidup baru di masa New Normal ini diharapkan dapat meminimalisir (baca: menekan) laju penyebaran Covid-19 dengan tidak harus mengganggu berbagai sektor kehidupan seperti pada masa normal dulu. Jalannya roda kehidupan diharapkan tetap bisa berjalan normal. Dalam tatanan hidup New Normal inilah tercermin optimisme untuk tetap bisa survive pasca teror Covid-19.
Pola hidup New Normal merupakan konsep pola hidup yang diyakini bisa menjadi pola hidup terbaik yang bisa diterapkan di tengah penyebaran Covid-19. Sekolah merupakan salah satu tempat berkumpulnya massa yang sangat dimungkinkan menjadi cluster baru penyebaran Covid-19. Maka untuk menghindari kemungkinan tersebut, sekolah mau tidak mau harus mengikuti aturan yang ditetapkan pemerintah. Dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran di masa New Normal, lazimnya sekolah menjalankan pola Dalam Jaringan (Daring) atau pembelajaran online dan pola Luar Jaringan (Luring) atau pembelajaran tatap muka.
Pola luring atau tatap muka dilakukan oleh sekolah-sekolah yang berada di zona hijau, tentu dengan syarat telah mendapatkan rekomendasi dari Tim Satgas Penanganan Covid-19. Itupun masih sangat terbatas yakni menggunakan sistem masuk secara bergantian untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan buruk yang tidak diinginkan. Sedangkan bagi sekolah-sekolah yang berada di zona merah tentu harus melaksanakan pembelajaran secara daring atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara online.
Pembelajaran dengan sistem daring maupun luring tentu masing-masing memiliki sisi positif dan negatif. Pembelajaran daring dalam pelaksanaannya tentu tidak seketat pembelajaran luring, baik dari sisi waktu, materi, metode, serta aturan-aturan lain yang harus diikuti dalam kegiatan pembelajaran luring atau tatap muka. Namun demikian, guru maupun siswa dituntut untuk menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai prasyarat utama dalam pembelajaran daring. Belum lagi syarat lain sebagai faktor pendukung seperti jaringan internat, paket data, serta fasilitas hp yang memadai.