Mohon tunggu...
nanang musafa
nanang musafa Mohon Tunggu... Guru - Penulis dan Guru Bloger

Telah menjuarai beberapa lomba menulis di tingkat kabupaten Trenggalek maupun provinsi Jawa Timur. Prestasi terbarunya, Juara I Guru Berprestasi Tingkat Madrasah Tsanawiyah Kementerian Agama Kabupaten Trenggalek (2023). Karya tulisnya berupa artikel dan cerpen telah dimuat di berbagai media massa cetak. Telah menerbitkan beberapa buku solo dan buku antologi bersama para penggerak literasi nusantara di bawah bendera QLC Trenggalek, Guru Bloger Indonesia, YPTD Jakarta, dan Guru Penggerak Indonesia. Buku solo yang terbit di tahun 2023 berjudul “Menulis Hal Berbau remeh-Temeh” dan "Apa Kabar Sahabat Guru?". Karya tulisnya yang lain bisa dibaca di blog YPTD Jakarta https://terbitkanbukugratis.id/ atau di www.kampus215.blogspot.com. Bagi yang ingin berkawan bisa melalui e-mail nanangmusafa215@gmail.com. Nomor WhatsApp 082228928897. Akun Facebook Nanang M. Safa. Instagram nanangm. Safa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gelar Sarjana (Jangan) Hanya Pepesan Kosong

12 Februari 2023   13:27 Diperbarui: 12 Februari 2023   13:55 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

GELAR SARJANA (JANGAN) HANYA PEPESAN KOSONG

Oleh : Nanang M. Safa

Sarjana adalah status indah yang diimpikan oleh siapapun yang berstatus mahasiswa. Karena ketika seseorang telah mencapai tingkat kesarjanaan tertentu (berhasil meraih gelar sarjana), maka paling tidak dia akan mengalami peningkatan status sosial setingkat lebih tinggi dari sebelumnya. Namun yang tidak boleh dilupakan adalah konsekuensi bagi keberadaan seorang sarjana di tengah-tengah masyarakat berupa setumpuk problem global yang tidak memandang disiplin keilmuan seorang sarjana.  

Berangkat  dari persepsi bahwa sarjana adalah agent of change, maka tidak salah kiranya jika masyarakat menaruh harapan lebih terhadap keberadaan seorang sarjana di tengah-tengah mereka. Inilah yang harus disadari oleh seorang sarjana. Jangan sampai muncul ungkapan "itu bukan bidang saya" dari lesan seorang sarjana. Ini hanya akan membuat masyarakat kecewa terhadap keberadaan seorang sarjana.

Namun ketika kita membuka mata dan memandang fenomena di sekitar kita, kemudian kita menelusuri realitas empiris yang melingkupinya, tidak sedikit kita jumpai kesenjangan antara yang seharusnya fungsi kesarjanaan (das solen) dengan kenyataan perilaku sarjana (das sein). Tidak sedikit sarjana yang tidak mampu memahami posisinya di dalam masyarakat. Sehingga harapan masyarakat terhadap keberadaan sarjana tidak dapat difahami sebagai suatu yang logis, bahkan dianggap berlebihan. Akibatnya tidak sedikit masyarakat yang kecewa dan berpandangan sinis terhadap para sarjana yang statis dan apatis itu.

Fenomena lain yang sering kita lihat adalah bahwa para sarjana hanya sibuk berkorelasi dengan kepentingan pribadi, sehingga ragam persoalan yang menyesaki lingkungan sosialnya tidak diperhatikan alias dicuekin. Atau ketika seorang sarjana disodori masalah yang menantang kemampuannya untuk menyelesaikannya justru ia akan lari dari tanggung jawab atau memperbodoh diri dengan mengatakan "itu bukan bidang saya". Dengan demikian tidak usah kebakaran jenggot jika muncul celetukan di masyarakat  bahwa seorang sarjana ternyata tidak lebih hanyalah sebagai "pepesan kosong" yang dikemas dalam embel-embel gelar di selembar kertas bernama ijazah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun