Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) secara resmi disepakati oleh para pemimpin dunia di bawah naungan PBB pada tanggal 25 September 2015. SGDs merupakan komitmen global dan nasional dalam upaya untuk menyejahterakan masyarakat mencakup 17 tujuan dan sasaran global tahun 2030 yang dideklarasikan baik oleh negara maju maupun negara berkembang di Sidang Umum PBB. SDGs merupakan kelanjutan dari Millenium Development Goals (MDGs). Berbeda dari pendahulunya, SDGs berprinsip Leave No One Behind yang artinya agenda ini dirancang dengan melibatkan seluruh aktor pembangunan, baik itu pemerintah, civil society organization (CSO), sektor swasta, akademisi, dan sebagainya.
Di Indonesia sendiri, sebagaimana disampaikan oleh Suharso Monoarfa pada Oktober 2023 di Jakarta, Indonesia menjadi negara yang konsisten mendukung pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs. Pelaksanaan SDGs di Indonesia dilakukan sejalan dengan perencanaan pembangunan nasional. Untuk itu, pemerintah mengintegrasikan target-target SDGs pada dokumen perencanaan pembangunan pada tingkat nasional dan sub-nasional. Selain itu, upaya pemerintah untuk mencapai target SDGs pada 2030 juga menjadi langkah awal untuk memastikan terwujudnya “Indonesia Emas 2045” sebagai negara dengan ekonomi terbesar keempat atau kelima di dunia.
Bappenas sebagai lokomotif pelaksana SDGs di Indonesia, menyediakan beragam panduan teknis yang disediakan bagi semua unit pelaksana untuk memastikan kesamaan persepsi dan pengetahuan terhadap beragam aspek pelaksanaan SDGs. Panduan teknis tersebut dimuat di laman https://sdgs.bappenas.go.id/literasi/pedoman-teknis/ yang bisa diakses oleh seluruh masyarakat. Tujuan lain disusunnya panduan teknis tersebut adalah untuk memastikan bahwa pelaksanaan SDGs dapat dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan (inklusif) termasuk juga diantaranya yaitu bidang pendidikan.
Setiap perguruan tinggi baik negeri maupun swasta saat ini sudah berlomba-lomba dalam merealisasikan dan berkontribusi dalam implementasi program SDGs. Termasuk di dalamnya aspek penelitian yang banyak dikaitkan perannya pada pencapaian SDGs. Salah satu contoh penelitian yang berkaitan dengan pencapaian SDGs yaitu penelitian penulis yang bertema Rateless Coding untuk Sistem Persinyalan Kereta Cepat. Setidaknya ada dua Goals (tujuan) pada SDGs yang secara langsung maupun tidak langsung terbantu dengan penelitian ini, yaitu Goals ke-9 (Industry, Innovation, and Infrastructure) dan Goals ke-11 (Sustainable cities and communities).
Sebagaimana diketahui, bahwa salah satu transportasi masa depan adalah kereta cepat. International Union of Railways (UIC) menyatakan bahwa Future Railway Mobile Communication System (FRMCS) akan diterapkan di dunia secara total pada Tahun 2035. 3GPP TS 22.289 dan ETSI TR 103 459 telah menetapkan bahwa FRMCS berbasis teknologi 5G NR. FRMCS mendukung kecepatan data hingga 20 gigabyte per second (Gbps) untuk downlink dan 10 Gbps untuk uplink. Sistem komunikasi teknologi 5G NR juga memiliki bandwidth yang lebih lebar yang memungkinkan untuk menyediakan layanan kecepatan data tinggi untuk pengoperasian kereta cepat dan pelayanan komunikasi data untuk penumpang.
Persinyalan yang efisien dan handal di kereta cepat adalah elemen kunci untuk memastikan keselamatan dan efisiensi dalam transportasi modern. Kereta cepat dirancang untuk memiliki kecepatan hingga mencapai 500 km/jam. Namun, dalam sistem komunikasi, kecepatan tinggi menyebabkan kondisi kanal komunikasi berubah-ubah akibat alam dan menyebabkan efek Dopler yang dapat menghasilkan banyak error dalam komunikasi data. Kondisi tersebut mengakibatkan: 1). kesalahan sinkronisasi saat transmisi data sehingga tidak diketahui awal dan akhir data informasi, dan 2). kapasitas informasi naik dan turun. Kedua akibat dari kondisi kanal yang berubah-ubah tersebut dapat menyebabkan kesalahan pada persinyalan kereta cepat yang dapat membahayakan. Teknologi Rateless Coding dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah ini. Dengan menggunakan teknologi Rateless Coding pada persinyalan kereta cepat, kita dapat menciptakan lingkungan transportasi yang lebih stabil dan inovatif dengan adanya jaminan keandalan komunikasi pada pensinyalan kereta.
Terkait dengan Goals ke-9 SDGs, Infrastruktur transportasi yang efisien dan inovatif adalah dasar penting bagi pertumbuhan industri yang berkelanjutan. Teknologi Rateless Coding membantu meningkatkan efisiensi komunikasi dalam infrastruktur kereta cepat, membuka pintu untuk inovasi yang lebih besar dalam industri transportasi. Sementara itu, terkait dengan Goals ke-11, persinyalan yang handal dan efisien di kereta cepat berkontribusi langsung pada pembangunan kota yang berkelanjutan. Dengan mengurangi gangguan dan meningkatkan keandalan komunikasi, teknologi ini memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan perkotaan yang aman dan efisien.
Teknologi Rateless Coding menjanjikan solusi yang inovatif dan efisien untuk meningkatkan kualitas persinyalan di kereta cepat. Dengan mempertimbangkan manfaatnya yang signifikan terkait dengan Goals SDGs, penerapan teknologi ini dapat menjadi langkah positif dalam membangun transportasi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H