Maaf saya terpaksa mengomentari soal video Hasyim di Amerika, karna saya Netral tidak memihak kedua kubu capres, saya akan beri pandangan sebagai orang netral, Saya sebagai mantan mahasiswa di Amerika dan juga sebagai senat mahasiswa di kampus di California. Dan juga Sebagai pengusaha yang sering meeting di luar negeri, saya bisa memahami posisi Hasyim di acara video yang menurut beberapa orang kontra atau pro Amerika.
Didalam video itu, belum jelas dalam acara apa, tapi mungkin perkumpulan bisnis atau apa, sebagai seorang adik dari Prabowo, wajar Hasyim mempromosikan adiknya yang mau maju sebagai calong Presiden. Sebagai seorang pengusaha, dia juga mau meyakinkan rakyat & pengusaha Amerika, kalau adiknya itu tidak anti atau musuh Amerika, dan anti investasi Amerika di Indonesia. Mungkin Hasyim berharap selain utk menyakinkan rakyat Amerika untuk menerima dan jangan takut adiknya (prabowo) mencalonkan presiden, juga untuk meyakinkan rakyat Amerika untuk tetap dan meningkatkan investasi di Indonesia, dan jangan takut dengan Prabowo.
Marilah kita jangan kampanye hitam, dan berbaik sangka, sudah cukup bangsa ini menangis. 15 tahun lalu di Amerika, saya menangis disaat bangsa ini terjadi kerusahan yang memakan korban anak bangsa, termasuk senior saya, mahasiswa Trisakti. Saya menangis banyak anak bangsa memanfaatkan kesempatan itu biar dapat green card ijin tinggal permanen di Amerika dengan menjual nama Indonesia yang sudah tidak bisa ditinggali. Bahkan ada skenario yang sudah jadi template dan pengacara yang khusus membantu WNI baik mahasiswa atau yang bekerja, untuk menjelekan indonesia ke pemerintah Amerika, biar dapat ijin tinggal permanent itu.
Saatnya kedua kubu Capres, baik Jokowi-JK atau Prabowo-Hatta, jangan saling kampanye hitam, apalagi dengan saling tunjuk hidung, kamu yang pro asing atau dia yang pro Amerika. Harga diri bangsa jangan dijelekan, capres jangan lebih hina seperti teman-teman saya mahasiswa dan orang yang bekerja dulu di Amerika, memanfaatkan ketika bangsa kita berdarah dan ratusan nyawa jadi korban, mereka manfaatkan itu untuk menulis di resume CV dan skenario mereka seolah mereka akan jadi korban dibunuh atau diperkosa, biar dapat selembar kertas atau sebuah kartu ijin tinggal di Amerika. Kasihan hampir 300 juta penduduk Indonesia jadi korban sejak 1999 sampai sekarang, banyak investor asing enggan investasi di indonesia karna ulah segelintir orang atau kelompok yang memanfaatkan situasi indonesia jaman itu memulai demokrasi, sudah 16 tahun lebih sesudah reformasi, jangan saling tunjuk mana yang pro Asing untuk memenangkan capres wapres.
Yang paling penting adalah tim sukses dan relawan yang sekarang berjuang memenangkan capres wapres ini, tidak menekan dan intervensi ke calon presiden dan wapres terpilih, demi barter keuntungan bisnis atau lobi tingkat tinggi para tim sukses dan relawan ini. karna mereka banyak yamg membawa gerbong bisnis dan politik yang demi kelompoknya saja.
Dalam hal ini kita harus berpikir secara bijak dan jangan lihat dari sampulnya dan dari luarnya saja, perlu kita tidak hanya pelototi dan salahkan capres dan wapresnya, tapi para tim sukses dan relawan, awasi mereka sejak sekarang kampanye sampai jadi presiden, mana yang pro Amerika, mana yang Pro suku nya, mana yang Pro group bisnisnya, akan terjawab dan terlihat, dan terlihat juga capres wapresnya mau disetir atau bahkan KKN, biar kita dan rakyat akan menghukumnya.
Terima kasih
Nanang Fardiansyah
Mantan Senat Mahasiswa & Senat Mahasiswa di Associate Student Government di Canada College Redwood City California
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H