Pacitan, siapa yang tidak kenal dengan kota kelahiran presiden Republik Indonesia keenam, Susilo Bambang Yudhoyono atau yang lebih akrab disapa SBY. Kota kecil yang diapit oleh puluhan pegunungan ini menyimpan sepuhan surga yang menarik untuk dikunjungi. Banyak pemandangan alam yang memikat hati. Siapa saja yang bekunjung ke kota ini akan disuguhkan suasana sejuk serta keindahan alam yang tidak kunjung habis. Pacitan, kota kecil tapi tidak menghalangi seseorang untuk berkunjung.Â
Kota yang terletak di ujung barat daya Provinsi Jawa Timur. Wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo di utara, Kabupaten Trenggalek di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah) di barat, itu terkenal memiliki sejuta tempat-tempat asik untuk melepas penat. Ada puluhan pantai, puluhan goa, serta puluhan pemandangan alam yang tidak ada di tempat lain.
Meski perjalanan menuju Kota Pacitan terbilang ekstrem. Seperti lagu Ninja Hatori (serial kartun), "Mendaki gunung, melewati lembah". Tetapi jangan khawatir akan menyesal. Jika berangkat dari utara Ponorogo, salah satunya perjalanan bisa ditempuh kurang lebih 3 jam menggunakan motor atau mobil. Kota yang berjulukan 1001 goa itu selalu memberi kenangan terindah bagi mereka yang baru pertama berkunjung. Sepanjang perjalanan kita akan menikmati pemandangan alam, hutan yang masih prawan juga aliran sungai yang masih alami.
Puluhan destinasi wisata yang ada bisa menjadi pilihan bagi para pengunjung. Bahkan jika semuannya dikunjugi satu hari pun rasannya kurang. Sebab jumlahnya banyak. Beberapa di antaranya ada objek wisata (1) Kali Maron, (2) Pantai Ngiroboyo, (3) Banyu Tibo, (4) Pantai Klayar, dan (5) Pantai Buyutan. Kelima destinasi ini terletak satu jalur, letaknya bersandingan, kira-kira hanya berjarak 2-5 Km.
Ujung Kali maron ini langsung menuju pantai lepas, pantai tersebut bernama Pantai Ngiroboyo. Sehingga kita bisa menikmati dua suasan sekaligus. Suasana sungai sekaligus suasana pantai. Suasana kali sungai yang rindang, sampai orang banyak menyebut sebagai green canyon-nya Pacitan, ditambah lagi suasana air yang tenang, mirip dengan sungai Amazon, sampai-sampai kali Maron disebut sebagai amazonnya Pacitan.
Meski jalan menuju lokasi masih terlalu sulit. Jalan masih terbuat dari aspal cor yang sudah rusak. Tapi dijamin eksotika maron dan pantai akan membayarnya dengan lunas. Kita bisa menyusuri kali menggunakan kapal sewa, sewanya pun cukup murah hanya 100 ribu untuk lima orang. Dipastikan kita akan dimanjakan olek suasana yang ada.
Meski secara grafik masih kalah dengan Goa Gong dan Teleng Ria, tapi perlahan grafik Pantai Klayar mulai naik. Bahkan Pantai yang terkenal dengan ombak seruling ini menjadi tujuan wajib bagi kebanyakan wisatawan yang berkunjung ke Pacitan. Sebab banyak kepuasan yang tersaji. Meski dilarang untuk berenang karena ombaknya yang besar, tetapi pengunjung bisa beralih menikmati panorama pemandangan pantai yang memikat, pengunjung bisa mendaki bukit yang ada di sisi pantai dan melihat dari atas hamparan pantai yang sekilas berbentuk hati. Juga jejeran warung kecil di tepian menjadi pelengkap sudut lensa.
Selain itu pengunjung juga bisa menyusuri karang-karang untuk menemukan kerang-kerangan jenis Mollusca, dan bintang laut lainnya seperti Echinodermata, juga terdapat sepanjang bebatuan dan rumput laut yang tumbuh di sekitar bebatuan. Selain itu wisatawan juga bisa melihat langsung masyarakat setempat memanjat pohon kelapa guna mengambil kelapa untuk dibuat gula atau untuk membuat air degan yang disuguhkan kepada pengunjung Pantai Klayar.
Pantai Buyutan terletak di Desa Widoro, satu kecamatan dengan pantai Klayar. Sebelum sampai ke pesisir pantai, pengunjung akan disuguhkan hamparan sawah yang sangat indah dan luas, lengkap dengan hiasan gubug-gubung kecilnya. Tanah lapang cocok bagi mereka yang hendak kemping, tetapi perlu diwaspadai konon di Pantai Buyutan ada segerombolan monyet. Meski tidak terlalu bahaya, tapi tidak ada salahnya sedia payung sebelum hujan.
Ketika masuk, dari atas pengunjung akan langsung disuguhkan hamparan pantai yang sangat luas, Karena memang pantai di Pacitan hampir semua adalah laut lepas. Jadi ketika memandang ke laut yang ada hanya garis lekung, sebagai batas pandangan kita.
Setelah itu pengunjung akan mendapati warung-warung kecil yang tertata indah di sekeliling pantai. Luas pantai di Banyu Tibo tidak terlalu luas, sehingga tidak semua bisa bermain air, hanya sebatas ruang air mancur. Sebab Bayu Tibo merupakan mata air pegunungan yang mengalir langsung ke arah pantai melewati tebing. Sehingga air seperti air terjun. Penduduk setempat meyebutnya tibo (jatuh), hingga akhirnya menjadi banyu tibo (air jatuh).