Ponorogo (16/10/16)- Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan kembali menghadirkan tokoh literasi, kali ini Han Gagas (penulis Gramedia) dari Solo yang mendapat giliran membagi pengalamannnya menjadi seorang penulis fiksi kepada peserta Sekolah Literasi Gratis (SLG). Jika kemarin mnghadirkan tokoh guru Inspiratif J Sumardianta dan Tokoh Jurnalis Herpin Dewanto dari biro Kompas jatim. Kali ini STKIP PGRI Ponorogo yang dikemas dalam Sekolah Literasi Gratis (SLG) memberi nuansa yang lain. Penulis cerpen Catatan Orang Gila mengajak 100 peserta tidak sebagai pendengar, tapi sebagai patner diskusi.
Dalam penyampaninya, Han Gagas mengawalinya dengan bercerita pengalamannya sewaktu di Ponorogo. Karena kebetulan Han gagas lahir di Ponorogo, ia merasa seakan kembali ke tempat kelahirannya dan bercerita seperti teman sekampungnya.
Han Gagas yang memiliki nama asli Rudi Hartono tersebut berbagi pengalamannya mengenai menulis cerita fiksi. Menulis itu sangat mudah dan idennya dapat di cari dari lingkungan yang ada di sekitar kita.
“Kita bisa mengawali menulis dari keadaan di sekitar kita. Seperti sejarah, kejadian sosial, keadaan sosial dan lain sebagainnya”.
Penulis Novel Tembang Tolak Bala tersebut juga memberi contoh hal-hal apa saja yang dapat diambil dan dijadikan bahan menulis cerita, misal di Ponorogo banyak sejarah-sejarah yang dapat diangkat menjadi sebuah cerita. Misal reog, gemblak, telaga ngebel, dawet jabung, ganongan dan lain sebagainnya.
“Ponorogo itu sangat potensial, memiliki banyak sumber-sumber yang sangat besar untuk dijadikan bahan tulisan. Seperti reog, gemblak, Telaga Ngebel dan lain-lain, semua itu dapat dijadikan mbahan menulis cerita yang menarik” Tutur lelaki yang mengakui pernah memakai susuk ketika masa remajannya.
Cerpennya Susuk Kekebalan adalah salah satu karyannya yang trinspirasi dari kisah perjalananya tersebut ketika menggunkana susuk untuk kekebalan tubuhnya.
Pertemuan SLG kali ini merupakan pertemuan ke enam kalinya yang juga tidak kalah menarik dengan pertemuan-pertemuan selanjutnya. Peserta sangat antusias untuk mengikuti acara dengan jalan diskusi (tanya jawab).
“Saya ingin sekali bisa menulis cerita, jadi saya ikut Sekolah Literasi” Tutur Nabiel salah peserta SLG yang dalam tubuhnya memiliki keterbatasan tidak bisa melihat. Namun sangat semangat mengikuti SLG untuk mengembangkan keinginannya menjadi penulis.
“Semoga acara ini dapat menginspirasi semua orang. Terutama dalam hal membaca dan menulis” Tutur Sahrum ketua panitia SLG.
Di akhir, gelaran yang bertajuk motivasi dan inspirasi tersebut sangat berharap bisa membantu mewadahi jiwa-jiwa penulis yang saat ini masih terkendala tempat sharing, tempat penggalian pengalaman menulis, dan tempat untuk menguatkan niatnya menjadi penulis. (Red/Nanang).