Mohon tunggu...
Nanang Bagus Subekti
Nanang Bagus Subekti Mohon Tunggu... -

Pemerhati Pendidikan tinggal di Yogyakarta. Blog pribadi http://subekti.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tawuran Pelajar: Sekolah Tidak Selalu Salah

27 September 2012   04:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:37 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mencermati maraknya tawuran pelajar yang terjadi akhir-akhir ini, saya melihat sekolah dan yang terlibat dalam tawuran pelajar tersebut tidak selalu pada posisi yang harus disalahkan. Tidaklah cukup adil karena sekolah tersebut siswanya terlibat tawuran dengan serta merta disalahkan. Tulisan ini tidak bermaksud membela sekolah yang terlibat dalam tawuran, tetapi memberikan cara pandang lain tentang tawuran terutama untuk siswa-siswa yang terlibat di dalamnya. Berikut ini beberapa hal yang bisa dipergunakan sebagai bahan refleksi untuk memahami fenomena tawuran secara jernih:


  1. Bagaimana jika tawuran dilakukan oleh siswa yang baru saja masuk di sekolah tersebut misalnya kelas mereka yang baru masuk kelas 1 SMP atau SMA? Dalam kondisi seperti ini, siswa yang terlibat dalam tawuran baru saja bergabung dengan sekolah yang terlibat. Jadi, tidaklah adil dengan membabi buta kita menyalahkan pihak sekolah atas keterlibatan siswa-siswanya. Saya yakin jika setiap sekolah pasti akan mencoba memahami siswa-siswanya dengan baik. Saya yakin tidak ada sekolah yang senang dengan siswa bermasalah, jika mereka menemukan pasti akan melakukan pembinaan. Setiap sekolah pasti memiliki model seleksi yang cukup ketat.
  2. Perkembangan zaman telah membuat masyarakat luas sadar akan hak-hak mereka. Kondisi ini membuat sekolah kesulitan dalam menentukan sanksi bagi siswa yang bermasalah. Tidak sedikit sekolah yang berurusan dengan pihak berwajib gara-gara menjatuhkan sanksi yang dianggap melanggar HAM si anak. Derasnya pemberitaan di media mas terhadapa tindak kekerasan di sekolah oleh beberapa oknum guru, tentu membuat sekolah termasuk gurunya harus bertindak hati-hati. Dampak negatif dari situasi seperti ini adalah hukuman atau sanksi untuk anak menjadi sangat halus atau lunak karena sekolah sangat hati-hati. Nah, kondisi seperti ini justru menjadikan bumerang bagi pihak sekolah atas ketidakberdayaannya untuk mengontrol perilaku siswa-siswa yang bermasalah. Walhasil, tindakan seperti bullying dan tawuran memiliki tingkat kemungkinan yang tinggi untuk terjadi.
  3. Sekolah bukanlah satu-satunya lembaga untuk memperbaiki perilaku anak. Masyarakat luas juga harus turut bertanggung jawab. Bisa jadi sikap ugal-ugalan atau biadab siswa justru dipelajari di lingkungan sosial (masyarakat) kanan kirinya. Mari kita membuka diri untuk melihat kenyataan pemberitaan di media masa tentang bentrokan antar masyarakat atau anggota gang anak-anak muda termasuk kerusuhan ormas.  Contoh lain adalah jangan-jangan kekerasan anak-anak justru dipelajari dari game-game yang mereka mainkan setiap hari, seperti peperangan dan pembunuhan. Tidak menutup kemungkinan, peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat luas menjadi contoh yang justru diteladani oleh siswa-siswa. Jadi, masyarakat luas juga harus bertanggung jawab dengan perilaku menyimpang siswa sekolah.
  4. Selain masyarakat, lingkungan keluarga juga harus bertanggung jawab dengan perkembangan anak-anaknya. Jangan-jangan orang tua anak justru tidak pernah peduli dengan pendidikan. Bisa jadi orang tua malah terkesan mengesampingkan pendidikan aklak anak-anaknya karena disibukan dengan rutinitas harian. Saya yakin jika orang tua siswa mengetahui semua sisi terang dan gelap kehidupan anak-anaknya, jika mereka sampai tidak bisa memahami anak-anaknya, kita berhak menanyakan peranan mereka sebagai orang tua.


Jadi, tulisan ini menyimpulkan bawah ada banyak faktor yang menyebabkan perilaku anak menyimpang seperti tawuran. Sangatlah tidak adil jika sekolah menjadi tertuduh utama untuk bertanggung jawab atas kenakalan siswa-siswanya. Dalam kondisi ini, lingkungan masyarakat, sekolah dan rumah tangga harus bersinergi untuk mengatasi tawuran.

*Tulisan ini sudah pernah dipublikasikan di blog saya sendiri http://subekti.com

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun