Losari adalah nama sebuah Pedesaan yang terletak di Kecamatan Sumowono, Semarang , Jawa Tengah | kode pos 50611, Losari terbagi menjadi 4 desa yaitu Dusun Losari, Dusun Kalidukuh, Dusun Kaliliseng, dan Dusun Bantir yang terdiri dari 11 RT dan 5 RW.
Sejarah Desa Losari
Konon katanya pada masa Kolonial Belanda, menurut legenda para tetua Desa Losari, Belanda mendirikan sebuah bangunan di Asrama Bantir, wilayah sekitarnya masih merupakan hutan belantara yang sangat lebat kemudian dimanfaatkan oleh antek-antek Belanda sebagai tempat tinggal selama ekspansionisme di wilayah Indonesia, selain itu wilayah ini sangat dijaga ketat oleh kolonial belanda. Selanjutnya pada tanjakan Gunung Gendol khususnya dan Gunung Ungaran secara keseluruhan. Di sekitar sini ada sepasang penghuni yang hidup sederhana, rumah-rumah terbuat dari serat daun nanas, makanan pokok penduduk hanya jagung dan singkong serta surat menyurat antarwarga melalui kentongan, penerangan rumah dari sentir (teplok). namun, tanahnya subur (orang Jawa mengatakan tanahnya LOH) dan juga banyak pohon LO. Apalagi keadaan ekologisnya sangat bagus, sehingga kawasan ini benar-benar cocok dan benar-benar layak untuk ditanami, sebagai kebutuhan pangan. Sehingga penghuninya memberi nama LOSARI yang berasal dari kata LO – SARI,  namun keadaan Losari yang sekarang jauh lebih modern dan sudah terjangkau listrik,segala macam elektronik / sinyal sehingga bisa dikatkan sudah layak berpenghuni.
Menolak anggapan negatif para kaum jaman now terhadap slametan, maka mulai saat ini, penting untuk mengembalikan kualitas positif yang terkandung dalam history slametan, istilah yasinan lebih berkaitan dengan adat slametan yang dipandang sebagai Trenggalek yang memiliki kualitas sosial-ketat sebagai metode bantuan pemerintah publik. Adat yasinan diandalkan sebagai kumpul-kumpul pilihan pergaulan sosial untuk membuat masyarakat yang tenang dan damai secara bersamaan sebuah metode untuk berbagi dan berbagi sebagai jenis kebiasaan Islam dalam kebiasaan masyarakat yang ada saat ini. Slametan di era milenial adalah semacam tantangan sekaligus taruhan di mana keadaan saat ini sama sekali mempengaruhi daya dukung slametan itu sendiri (Awwalin, 2018). Ini mirip dengan yasinan yang terjadi di publik. Kesulitan-kesulitan ini harus terlihat dalam periode kemajuan mekanik saat ini. Efek terbaik dari kemajuan periode ini terjadi di jaringan metropolitan. Jiwa merdeka tidak terlepas dari budaya metropolitan, yang tidak sama dengan masyarakat daerah provinsi yang sering mengadakan pergaulan sosial dengan individu daerah setempat. Kebiasaan Kelompok orang yang ketat di daerah pedesaan sebagian besar lebih ketat dalam melatih pelajaran agama, mengingat tingkat perhatian terhadap wilayah lokal negara lebih tinggi dari pada wilayah lokal metropolitan (Suma, 2014). Hal ini terkait dengan yasinan di Dusun Losari, walaupun saat ini sudah memasuki zaman yang maju namun yasinan masih tetap kokoh berdiri dimasyarakat.
Khusus untuk dusun Losari setiap hari kamis malam jumat sekali rutin di adakan kegiatan yasinan khusus bapak bapak . Walaupun kegiatan pengajian ini tiap dusun waktunya berbeda beda, namun pengajian rutinan ini selalu tetap berjalan. Selain bapak bapak terkadang ada juga pemuda dan anak anak  yang ikut yasinan rutinan ini. jama'ah pun masih bisa merasakan kekhusyuan dalam memahami nilai ilai yang terkandung didalam acara tersebut.
Kemudian, yasinan ibu-ibu  dilaksanakan setiap satu Minggu sekali pada hari rabo . yasinan mingguan ini dihadiri oleh ibu-ibu dari RT 001 RW 005 . Pengajian ibu ibu ini sudah menjadi suatu acara yang pasti ada setiap Minggu nyah . Selain mendapatkan pahala , jama'ah pun bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Kegiatan yasinan ini tetap berlangsung walaupun hanya di hadiri oleh beberapa orang saja tetap berjalan, dikarenakan sudah menjadi rutinan para jama'ah. Alasan diadakan pengajian yaasin dan tahlil ini secara bergiliran tempatnya adalah biar menambah keakraban masing-masing anggota jama'ah yang notabene berasal dari berbagai macam lingkungan daerah, dan adat kebiasaan. Juga sebagai media untuk menambah ilmu dari mauidhoh khasanah yang diberikan dalam pengajian tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H