Kalau berada bersama keluarga dan para Pandawa, beliau selalu memberikan semangat, inspirasi, kekuatan moral, daya juang dan sebagainya (Ing madya mangun karso). Ini dicontohkan dalam cerita ketika Arjuna yang akan menerima wahyu Makutha Rama dari Begawan Kesawasidi yang merupakan penjelmaan Kresna yang merupakan titisan Batara Wisnu. Dalam cerita tersebut Arjuna mengalami kejenuhan/ kelelahan dalam tapa bratanya untuk mendapatkan wahyu Makutha Rama, maka Semar datang untuk memberikan semangat dan akhirnya Arjuna berhasil mendapatkan wahyu tersebut.
Di belakang panggung, Semarpun memberikan dorongan bagi Pandawa dan keluarganya untuk selalu mendekatkan dan menyerahkan diri kepada yang Maha Kuasa (Tut wuri handayani). Dalam cerita pewayangan bahwa pada suatu saat Pandawa kehilangan pusakannya  yaitu  layan jamus kalimasada, sebuah jimat Pandawa yang paling sakti. Keluarga Pandawa gempar, dan berusaha untuk menemukannya. Dalam keputus-asaannya mencari jamus kalimasada, lalu Semar tersu mendorong agar tidak usah putus asa, tetapi lebih baik utnuk mendekatkan diri lagi kepada yang Maha Kuasa dan meminta bantuannya agar jimat kalimasada bisa ditemukan kembali.
Melihat kriteria-kriteria di atas, maka sungguh untuk menjadi guru sesungguhnya adalah pengabdian total kita kepada Allah SWT melalui upaya mencerdaskan murid-murid kita sangat mulia. Di atas kemuliaan itu adalah pengorbanan dan keikhlasan kita dalam mendidik murid-murid kita seraya memohon kepada Yang Maha Kuasa agar diberikan kemudahan dan kelancaran dalam menjalankan tugas ini.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H