Kecacingan merupakan salah satu penyakit yang akrab dengan dunia anak-anak. Infeksi kecacingan pada manusia bisa terjadi melalui tanah, udara, dan benda-benda yang terdapat telur cacing. Meskipun penyakit yang tidak mematikan, kecacingan juga berdampak buruk pada orang yang mengalaminya. Dampak paling ringan mulai gangguan tidur, mengantuk, penurunan kecerdasan, anemia, hingga sulit untuk buang air besar karena jumlah cacing yang terlalu bayak di dalam usus.
Anak-anak memiliki risiko mengalami kecacingan yang lebih besar dari pada orang dewasa. Pengetahuan akan kebersihan tubuh yang kurang dan perilaku anak yang sering bermain di luar rumah adalah faktor penyebab anak mengalami kecacingan. Kecacingan pada anak sendiri baru di ketahui setelah di lakukan pemeriksaan. Berbeda dengan penyakit lain yang bisa di ketahui dengan melihat tanda gejala yang menyertainya.
Pernahkan adik-adik kita atau anak-anak kita di cek kesehatannya terkait kecacingan? Pernahkah petugas medis datang ke sekolahan-sekolahan untuk memeriksa feses anak? Penulis yakin sebagian besar mengatakan belum pernah. Padahal berapa juta jumlah anak-anak yang ada di negeri ini. Mereka semua berisiko mengalami penyakit kecacingan di sebabkan perilaku dan kondisi lingkungan tempat tinggal.
Perlunya peran serta orang tua dan masyarakat untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Kita bisa mengajarkan kepada anak untuk mencuci tangan setelah selesai melakukan aktifitas, memakai alas kaki ketika bermain, melarang anak bermain di tanah, memberi fentilasi dan jendela kamar yang cukup, dan hal-hal lainnya yang berisiko mengalami kecacingan. Melakukan berbagai hal tersebut paling tidak bisa mengurangi risiko anak-anak mengalami kecacingan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H