Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimana Cara Kita Menghadapi Gen Z?

11 Desember 2024   15:05 Diperbarui: 11 Desember 2024   15:30 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gen Z | Foto : Pexels.com/Cottobro Studio

Tidak hanya selera, cara berpikir mereka membuat saya terpantik untuk mepelajarinya lebih lanjut.

Karena lingkup pekerjaan saya, bersentuhan dengan penjualan produk, maka ketika ada kelas yang akan membahas tentang Gen Z dan brand, saya pun langsung join. 

Kelas zoom yang diikuti | Foto : Tangkapan Layar Instagram Youthlab
Kelas zoom yang diikuti | Foto : Tangkapan Layar Instagram Youthlab

Kelas yang berjudul "Mengapa Brand harus Waspada Menyambut 2025?", salah satu pembicaranya adalah DR. M. Faisal, M.Si,  yang sempat kontennya bersliweran di sosial media saya.

Juga, beliau pernah diundang oleh Prof. Rhenald Khasali, Ph.D, dan Mas Wisnu Nugroho (Beginu) di channel YouTube masing-masing, yang membahas tentang anak muda zaman now. 

Tentu saya tidak mau melewatkan kelas yang diampu oleh pakarnya, dan memdedikasikan diri meneliti anak-anak muda ini, hingga mendirikan YouthLab sebagai wadahnya.

Tiga pembicara dan moderator dalam kelas zoom yang saya ikuti | Foto : Tangkapan Layar Kelas Zoom Youthlab
Tiga pembicara dan moderator dalam kelas zoom yang saya ikuti | Foto : Tangkapan Layar Kelas Zoom Youthlab

Kelas ini berlangsung 2 jam, dari pukul 15.00 sampai dengan 17.00. 

Pembicaranya ada tiga orang dari Youthlab, antara lain M. Axel, S.Sos.,B.Commun.,M.B.A, Viana Wahyuni, S.Psi, dan DR. M. Faisal, M.Si.

Tahap pertama, lebih membicarakan tentang psikologi Gen Z, Alpha dan Beta, yang sempat mengalami masa PSBB dan PPKM saat COVID 19 berlangsung, yang tidak dialami oleh generasi-generasi sebelumnya. 

Mereka hanya bisa di rumah saja, belum lagi menemui emosi kedua orangtuanya  yang bisa jadi saat itu tidak stabil karena keterancaman kondisi finansial yang tidak menentu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun