Ga bisa mewarisi harta, tapi gue cuman bisa bekalin ilmu, biar lu pada bisa mandiri dan diterima masyarakat"
Itulah omongan mama yang sampai sekarang selalu saya ingat sampai sekarang.
Setiap nasihat dan omelannya selalu terselip kalimat tersebut, sampai dulu saya bosan sendiri, dan dalam hati menjawab dengan dumelan, "ya, ya, ya, ga dapet harta. Tenang, ga akan minta juga".
Saya tidak paham sama sekali makna dari ucapan tersebut, yang ternyata sangat berguna di momen penting bagi saya, yakni saat saya benar-benar full masuk dalam dunia kerja, dan ketika kedua orang tua saya sudah tiada.
***
Mama saya memiliki prioritas untuk anak, yakni pendidikan, baik itu karakter dan akademis.
Proses mendidik kami tentunya memerlukan peralatan pendidikan ala baby boomers, seperti rotan, ikat pinggang, pentungan, dan sebagainya. Belum lagi kejar-kejaran, supaya ga kena timpuk, serta omelan panjang yang pastinya membuat kuping merona merah, terkadang nyelekit di hati.
Itu terjadi kalau kami malas belajar, berlaku kurang ajar dan tidak mematuhi aturan rumah.
Melawan omongan orang tua dengan sahutan, adalah suatu pantangan besar bagi kami. Kami hanya boleh menyahut dan bertanya ketika orang tua sudah selesai ngomel dan menasihati.
Harus selalu menyapa orang yang kami temui, menjadi sesuatu yang wajib. Kami tidak dibiasakan tantrum di depan umum. Hoho.. berani tantrum, tambalan biru-biru sudah pasti menempel di tubuh kami.