Bisa jadi Anda sudah tidak asing lagi dengan istilah "love scam", "scam", "scamming", ataupun "scammer", yang artinya adalah penipuan secara online.Â
Menurut PPTAK.go.id, korban yang terkena scamming pada tahun 2020 sampai 2021 semakin tinggi jumlahnya dan kerugian yang mereka alami bisa hingga milyaran rupiah.Â
Saya percaya dengan hasil riset PPTAK.go.id, karena kenalan saya (yang tidak ingin disebutkan namanya) mengalaminya, dengan kerugian mencapai angka milyaran. Sadis! Itulah kata yang tepat untuk para penipu seperti itu.
Jujur saja, saya pernah mengalaminya, tapi beruntung tidak mencapai angka yang fantastis. Saya pun malu menceritakannya pada orang lain, kecuali keluarga saya.Â
Lagipula saya merasa penipuan semacam ini sudah banyak dibahas di internet, pastinya kemungkinan ada korban akan semakin kecil.Â
Akan tetapi kejadian yang menimpa kenalan saya baru-baru ini, ditambah dengan adanya hasil riset tentang korban penipuan yang jumlahnya semakin banyak, saya merasa sangat perlu untuk berbagi pengalaman, agar jangan sampai hasil jerih payah Anda selama ini, dengan mudahnya bergeser ke rekening para penipu yang mengatas-namakan cinta, agama atau apapun lah yang menjadi titik kelemahan yang tidak Anda sadari.
Apalagi, para penipu ini memiliki modus dan cara kerja yang hampir sama. Dengan begitu, saya rasa tulisan ini masih relevan dengan scamming zaman now.
Izinkan saya bercerita dari awal.Â
Kira-kira 11 tahun yang lalu, keinginan saya untuk meninggalkan keluarga sangat menggebu. Biasa lah gejolak jiwa muda yang menginginkan kebebasan, tanpa banyak pertimbangan. Satu-satunya cara bisa pergi jauh, saya pikir saya harus menikah dengan orang luar negeri.Â
Target saya saat itu adalah orang Amerika atau Inggris, karena kalau di film-film kan mereka terlihat baik, ganteng, dan sebagainya.Â