Tidak luput, konflik sosial pun dijelaskan melalui buku perjalanannya.Â
Dan bagaimana konflik politik mempengaruhi keadaan masyarakat disana, yang sangat memprihatinkan.
Buku-buku yang ditulisnya, sungguh memberikan pandangan dan gambaran baru tentang Afghanistan, yang terkenal sebagai negara perang.
Dan cenderung menakutkan.
Dari sekian peristiwa yang terjadi, media hanya menayangkan secuil dari apa yang sebenarnya terjadi
Tidak menyalahi media, lantaran memang media bertugas untuk memberitakan peristiwa. Namun sebagai pembaca, kita harus banyak melakukan verifikasi, agar bisa memiliki pandangan yang objektif.
Dalam buku perjalanan Agustinus Wibowo, beliau menjelaskan bahwa penduduk disana terdiri atas beragam etnis dan terkotak-kotak.Â
Misalkan etnis Pastun, ya mereka tinggal dengan etnis tersebut saja. Satu etnis biasanya tinggal diwilayahnya sendiri. Tidak berbaur dengan etnis lainnya.
Batas tersebut bukan dibuat oleh pemimpin Afghanistan terdahulu, melainkan oleh Inggris, yang dulunya pernah menduduki Afghanistan saat masa kolonial.
Batas yang dibuat akhirnya menimbulkan masalah etnis, karena antar etnis disana tidak berbaur. Tidak hanya itu, agama pun menjadi permasalahan.
Islam, agama yang mereka peluk memiliki dua aliran. Ada yang mengambil jalur Islam murni dan ada pula yang mengambil aliran lebih modern, mengikuti perkembangan zaman.