Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kuliah Ga Penting! Masa, Sih?

13 Maret 2020   03:56 Diperbarui: 14 Maret 2020   09:07 4147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat kuliah, kita akan diajak untuk menganalisis dan bersikap kritis.| Sumber: Shutterstock

Barusan saya menonton YouTube-nya Deddy Corbuzier dengan narasumber Nadiem Makarim tentang pentingnya kuliah. Anda bisa menontonnya disini, pembahasannya sangat menarik, menurut saya. 

Tapi disini tidak akan membahas tentang konten tersebut, namun lebih ingin membahas apakah benar kuliah itu tidak penting, apalagi banyak orang yang sukses bukanlah orang yang mengenyam pendidikan tinggi. 

Perjalanan saya mengenai dunia pendidikan, mengajarkan saya bahwa puncak dari pendidikan bukanlah saat kuliah, dan kuliah memang tidak menentukan seseorang sukses, akan tetapi membentuk pola pikir seseorang menjadi lebih bijak, kritis, dan inovatif. 

Ketiga hal tersebut bukan hanya dapat membuat kita mendapatkan pekerjaan saja, akan tetapi mengarahkan kita untuk menata masa depan dengan pola pikir yang tepat.

Mengapa bisa saya katakan seperti itu?

Tidak semua sekolah SD sampai SMA yang membiarkan siswanya untuk menganalisis dan memahami apa yang dipelajarinya. Sebagian besar siswanya dilatih hanya manut saja dengan apa yang guru perintahkan dan catatan. Pokok e hafalkan saja apa yang guru berikan, pasti keluar saat ulangan. Sepakat ga?

Karena saya mengalaminya. Hanya satu guru SMA, dan saat saya bersekolah di sekolah yang kualitas pendidikannya bermutu, baru diajarkan cara menganalisis, yang memancing kita untuk berpikir kritis.

Saat kuliah, kita akan diajak untuk menganalisis dan bersikap kritis. Andai ada dosen yang kurang kompeten, yaa mau ga mau kita cari bahan sendiri untuk belajar. Tapi saat ujian dan pengerjaan tugas, tetap kita diminta untuk menganalisis, kan?

Nah, saat saya menjadi mahasiswa, tentu saya tidak merasa materi kuliah yang saya pelajari ada gunanya untuk pekerjaan. 

Saat saya dipercaya sebagai asisten dosen, saya baru memahami bukan materi kuliahnya yang penting, akan tetapi dari runtutan materi kuliah yang dipelajari mahasiswa akan membentuk suatu pola pikir yang lebih terbuka dan tidak seperti katak dalam tempurung. Hal ini jauh lebih berguna untuk masa depan kita.

Hal ini saya dapatkan ketika mengoreksi tugas mahasiswa. 

Ilustrasi pentingnya kuliah | Foto Kompas.com
Ilustrasi pentingnya kuliah | Foto Kompas.com
Mahasiswa yang benar membaca dan menuntut ilmu, akan menjawab tugasnya dengan jabaran data-data yang valid, serta analisis yang berbobot. Mereka tidak memakai referensi dari blog pribadi, melainkan website resmi dan buku-buku yang kredibel. 

Analisis yang mereka kemukakan benar-benar menunjukkan cara berpikir seorang mahasiswa yang berkelas.

Berbeda dengan mahasiswa yang asal menuntut ilmu, jawaban tugasnya hanya berdasarkan copy paste dari blog orang lain, yang, maaf, kurang kredibel. 

Hal ini saya ketahui dengan beberapa ketikan kalimat di Google, dan langsung terpapar blog mana yang mereka copy. Hoho, tentu saya tidak bisa dibohongi, karena saya pernah melakukan hal yang sama. Hehe. 

Saat mereka melakukan presentasi pun sangat berbeda jauh.

Mahasiswa yang benar-benar datang ke kampus untuk menuntut ilmu, mereka sangat paham apa yang mereka presentasikan, permasalahan dan bagaimana solusinya. 

Mereka memiliki referensi yang valid dan cara pandangnya pun tidak hanya melihat dari satu sudut pandang saja, melainkan pertimbangan dari berbagai sudut pandang, yang kemudian mereka simpulkan dan analisis. 

Saya sampai terkagum-kagum dibuatnya,"Ini nih hasil orang yang benar-benar belajar!"

Berbeda dengan mahasiswa yang datang ke kampus, hanya menunggu waktu lulus saja. Mereka hanya menyajikan presentasi asal sekadar ada dan dapat nilai, ada juga yang malah tidak paham apa yang sedang mereka presentasikan. 

Apabila ditanya, mereka hanya senggol-senggolan, mengingatkan saya pada anak SD yang malu-malu maju ke depan.

Perbedaan yang begitu signifikan antara mahasiswa yang benar menuntut ilmu dengan yang penting dapat gelar dan ijazah membuat saya baru menyadari begitu dahsyatnya pengaruh orang yang benar-benar belajar ini. 

Mereka inovatif, kritis, dan bukan tipe orang yang berargumentasi dengan emosi, melainkan data-data valid yang telah dikumpulkan. 

Ketika berdiskusi pun, saya merasa sedang ngobrol dengan orang-orang yang seumur dengan saya, padahal bisa dibilang mereka adalah adik kelas. 

Mereka bisa mengambil pola dari suatu kejadian, mencari akar permasalahan dan solusinya, tidak mudah percaya dengan apa yang diucapkan seseorang tanpa memeriksa kebenarannya terlebih dahulu, tapi tidak ngotot dengan pendapat mereka sendiri, justru mereka lebih berpikiran terbuka. 

Dan ketika berbicara tentang masa depan, imajinasi mereka sangat mengagumkan. Dari sana saya berpikir, "Masa depan benar-benar digenggaman mereka."

Berbeda dengan mahasiswa yang asal belajar, mereka lebih senang mengobrol tentang kehidupan mereka sehari-hari dan suramnya masa depan, cenderung lebih senang mencari kesalahan dibandingkan solusi, menelan bulat-bulat informasi yang diterima, dan mudah panas. 

Mengingatkan saya saat-saat saya masih SMA, yang terbiasa menerima informasi dan pelajaran dari guru saja, lewat dari itu, saya lebih senang membaca komik atau berleha-leha santai. Dengan pengetahuan yang terbatas, saya mudah dipanas-panasi dan dihasut.

Usai menjadi asisten dosen, saya disemangati oleh pasangan, adik, ibu, sahabat dan teman-teman Kompasiana untuk banyak membaca dan menonton hal-hal yang bermanfaat. 

Dari bekal saya sekolah dan kuliah, secara tidak sadar, saya diajari untuk menangkap intisari yang penting dari bacaan dan tontonan, kemudian baru saya analisis. Saya merasa tidak enak hati kalau hanya sekedar membaca judul saja, karena ada beban, saya tidak boleh kalah dari adik-adik kelas saya yang pintar itu. 

Dari hasil bacaan dan tontonan yang saya dapatkan, ternyata bisa membantu saya mengolah kata dalam menulis. Selain itu, dalam pekerjaan pun, saya terdorong untuk mempraktikkan banyak hal dari bacaan dan tontonan yang bermanfaat, yang hasilnya membuat saya merasa dihargai oleh atasan. 

Ternyata bukan saya sendiri yang mengalami hal ini, salah seorang pelanggan yang sedang menempuh S2 juga menceritakan hal yang sama, "Kuliah itu memang ga menentukan orang sukses, tergantung orangnya pas kuliah bener belajar atau ga. Kalau bener belajar pas kuliah, pola pikir kita pasti lebih baik, dan bisa diaplikasikan ke pekerjaan mana pun."

Jadi bagi Anda yang masih berpikir kuliah hanya untuk gelar ataupun tuntutan pekerjaan, coba pikirkan lagi. Perusahaan sebenarnya tidak mengoleksi ijazah saja, tapi perusahaan percaya orang yang sudah menempuh pendidikan tinggi, pasti memiliki pola pikir dan cara bersikap yang jauh lebih melihat ke depan dan lebih kreatif, karena semangatnya dalam menimba ilmu. 

Hal ini lebih memberikan kontribusi, dibandingkan orang-orang yang lulus kuliah sekadar dapat ijazah, sama saja dong perusahaan merekrut karyawan lulusan SMA? Mungkin lebih baik perusahaan sekalian merekrut lulusan SMA, ketimbang fresh graduate, tapi pola pikirnya masih seperti remaja baru melihat dunia.

Hal tersebut saya ketahui ketika melihat atasan dalam memilih karyawan yang ingin direkrut. 

Nah, bagaimana kalau yang mau menjadi entrepreneur? Menjadi karyawan saja Anda diterima, apalagi menjadi enterpreneur, Anda pasti bisa lebih kreatif dalam menuangkan ide-ide pada produk yang ingin Anda jual dari hasil ilmu yang Anda tuntut, ataupun bacaan maupun tontonan yang bermanfaat. 

Kuliah memang belum tentu membuat kita sukses, namun mampu mengarahkan pola pikir kita menuju kesuksesan kalau kita benar-benar belajar saat kuliah. 

Oleh karena itu, jangan anggap remeh kuliah :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun