Suatu hari, saya tidak bisa mengajarnya, ibu saya lah yang mengajar Nelson, dan ternyata Nelson sudah memiliki perkembangan jauh dalam pelajaran mengarang. Hasil karangannya sendiri di sekolah tidak lagi mendapatkan nilai yang buruk, ia bahkan menjadi salah satu anak yang pintar mengarang di kelasnya.Â
Ibu pun akhirnya menerapkan hal yang sama untuk semua anak les. Disesuaikan dengan gaya bercerita mereka, kemudian setelah selesai mengarang, baru kemudian diperiksa dan diperbaiki tanda bacanya, dan susunan kalimatnya.Â
Dalam proses mereka belajar mengarang, ada yang cepat dan ada yang lambat, kami tidak mempermasalahkannya. Bagian yang terpenting untuk kami, mereka senang dan imajinasi mereka bisa bermain ketika mengarang, sehingga banyak kata-kata yang tertuang dalam tulisannya. Semakin mereka merasa senang, biasanya ada saja ide kreatif mereka yang keluar. Saya benar-benar mengagumi kepandaian anak-anak, ketika mereka senang belajar, ide mereka itu benar-benar seperti tidak ada habisnya.
Setiap selesai les, biasanya anak-anak wajib membaca buku. Kalau saya pribadi biasanya mengizinkan mereka mengambil komik, supaya bisa terhibur. Dari komik tersebut, mereka bisa berimajinasi lebih banyak dan tidak mengantuk dengan banyaknya tulisan. Sedangkan, Ibu meminta mereka membaca yang berisi ilmu pengetahuan. Jelas yang berbobot adalah ibu saya. Hehe.Â
Ibu saya melihat anak-anak lebih senang membaca komik daripada buku bacaan biasa, kemudian beliau mengumpulkan banyak buku pengetahuan yang ilustrasinya sangat menarik, dan beberapa diantaranya buku pengetahuan yang disajikan dalam bentuk komik. Wah, mereka semangat sekali, bahkan bisa bercerita kembali dengan begitu antusias pada apa yang sudah mereka baca.
Dan secara tidak sadar, perbendaharaan kata-kata mereka malah jauh lebih berkembang. Ilmu pengetahuan mereka pun bertambah, ketika belajar pelajaran sekolah pun, mereka jauh lebih cepat menangkapnya karena mereka sudah ada bayangan dan tidak lagi abstrak menurut imajinasi mereka.
Nah, melihat keberhasilan Nelson dan teman-temannya yang tidak lagi stress saat mengarang, saya malah terinspirasi sendiri, wah ternyata mengarang tidak sesulit yang kita bayangkan, asalkan pada awalnya kita tidak langsung mematok anak-anak untuk menghasilkan karya yang bagus, tapi membiarkan mereka berimajinasi dan disesuaikan dengan gaya mereka bercerita. Itulah menjadi cikal bakal saya merasa menulis itu menyenangkan.
Hanya saja perlu diketahui, arahan yang saya berikan kepada Nelson dan teman-temannya benar-benar berbeda dari aturan belajar yang seharusnya, bahkan diluar koridor aturan pendidikan. Namun cara yang saya lakukan ini hanya untuk membuat anak-anak tidak kesulitan lagi mengarang, dan melihat tugas mengarang sebagai suatu beban. Karena saya pribadi pernah mengalaminya, betapa sulitnya menyusun kata menjadi satu halaman penuh. Dapat setengah halaman saja, rasanya sudah bersyukur.Â
Dan saya sendiri saat itu sama sekali belum bisa mengarang panjang kali lebar. Hehe. Saya hanya terinspirasi dari tulisan saya di buku harian yang penuh dengan unek-unek ataupun bercerita kejadian di hari itu, jauh lebih panjang, dibandingkan ketika saya disuruh mengarang.
Sebagai penutup, tulisan ini terinspirasi dari tulisan kompasianer mba Ari Budiyanti yang berjudul Kembangkan Literasi Anak Bangsa, Mari Mulai dari Kita, setelah membaca tulisan beliau, saya pun langsung merindukan Nelson dan teman-temannya yang kini sudah duduk dibangku SMP sampai kuliah. Dan tulisan ini juga sebagai wujud kerinduan saya pada mereka.Â
Salam :)