Tulisan ini terinspirasi dari pesan yang salah masuk mungkin, melalui WhatsApp, ada seorang anak yang memberikan voice note, isinya minta uang untuk makan dan beli mainan.
Saya tidak menggubrisnya, namun dihati bertanya-tanya, "Kok anak sekecil itu bisa berpikir seperti itu? Apakah orangtuanya yang mengajarkan untuk meminta?".Â
Dan tiba-tiba teringat pada ucapan seorang kenalan di kantor, "Kalau orang kaya tuh enak, mau apa tinggal keluarin uang, kita lah cape-cape hasilnya segini aja", dan ada juga seorang driver taksi yang mengatakan, "Enak ya orang kaya, ga usah mikirin duit lagi."
Hmm... apakah benar orang kaya tidak susah? Apakah orang kaya benar hidupnya enak sekali?
Dulu, saya akan memiliki simpati, bahkan empati dengan orang-orang yang berkata seperti ini. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, saya bergaul dengan banyak orang dari yang kurang beruntung sampai yang beruntung sekali, rasa empati saya terhadap kemiskinan masihlah ada.Â
Akan tetapi, rasa empati saya terhadap orang yang bermental miskin sama sekali sudah tidak ada.
Waktu itu saya pernah berdiskusi dengan almarhum kakek saya tentang pekerjaan. Dulu saya tipe orang yang pesimis memandang hidup, dan segala nasihat kakek selalu saya sanggah dengan banyak alasan. Kakek pun sebal, dan langsung menghardik saya, "Siapa suruh lu jadi orang susah?!".
Lah, siapa yang mau susah?! Itu perkataan dalam hati saya, yang tidak berani saya lontarkan. Bisa-bisa asbak rokok melayang ke muka saya kalau sampai menyahut. Hehe..Â
Lama setelahnya saya baru memahami apa yang beliau maksudkan.
Bukan kemiskinan yang membuat hidup kita susah, namun mental lah yang bisa menentukan kita bisa sukses atau tidak.
Mental miskin yang mau saya bahas disini tidak berhubungan dengan materi, walau ujung-ujungnya bakal kesana, tapi mental yang membuat kita berjuang mendapatkan apa yang kita inginkan.