Sekitar 2 minggu lalu, saya menulis tentang mencoba hidup minimalis, dan ketika itu saya baru membaca 68 halaman. Dari 68 halaman yang saya baca, saya langsung mempraktikkan meminimalisasi barang di ruang kerja. Barang yang saya lihat sudah lagi tidak terpakai, ataupun barang yang tadinya saya merasa sayang untuk membuangnya, saya keluarkan semua dari ruang kerja. Efeknya saya menjadi lebih bersemangat bekerja di hari itu, dan jauh lebih berkonsentrasi.
Dua hari kemudian, buku "Goodbye Things" saya lahap habis, sekaligus langsung saya praktikkan untuk kamar saya.
Saya mulai dari laci kerja di kamar. Laci tersebut selalu penuh dengan barang dan dokumen, serta alat tulis. Bila sudah dirapikan, tidak perlu menunggu 1 minggu. Dalam dua hari saja, laci tersebut pasti sudah berantakan karena ada dokumen, barang, ataupun hal lainnya lagi yang saya tumpuk di sana.
Mumpung sedang semangat 45, saya bongkar habis laci kerja. Dalam buku "Goodbye Things", hal yang perlu dibuang adalah barang-barang yang sebenarnya sudah tidak terpakai lagi, tapi kita merasa sayang membuangnya. Daripada memenuhi tempat, lebih baik dibuang atau dijual saja. Jadi yang kita pertahankan hanyalah barang yang memang kita gunakan saja.
Dalam waktu setengah jam, saya membagi barang menjadi 3 kategori, yakni barang yang masih digunakan, masih bisa digunakan tapi tidak pernah diingat keberadaannya, dan barang yang sama sekali tidak terpakai.
Barang yang sama sekali tidak terpakai, seperti kertas kosong atau map yang sudah sobek, langsung saya buang. Barang yang masih bisa digunakan, tapi saya tidak ingat pernah membelinya, seperti pulpen ataupun buku tulis, saya pisahkan untuk saya berikan pada orang lain. Dan barang yang masih saya gunakan, saya letakkan kembali ke laci kerja. Plooonggg!Â
Beralih ke meja rias. Meja rias saya penuh dengan alat make-up, kunciran rambut, jam tangan, dan sebagainya. Saya bagi lagi menjadi 3 kategori yang sama, masih digunakan, masih bisa digunakan, dan tidak terpakai lagi. Saat itu saya baru sadar, ternyata saya hanya memakai sedikit peralatan make-up, selebihnya hanya mejeng begitu saja. Dan alhasil, meja rias saya, plooongg..!Â
Kemudian, lemari pakaian. Saya bagi lagi menjadi 3 kategori. Terpakai, masih bisa dipakai, dan sama sekali tidak dipakai. Ternyata banyak yang tidak bisa saya pakai, karena saya suka membeli baju "penyemangat". Saya pernah menonton bahwa supaya kita bisa berhasil menurunkan berat badan, kita harus memiliki baju "penyemangat", yakni ukuran baju ideal berat badan kita.Â
Tapi ternyata hal tersebut tidak berefek pada saya, berat badan saya naik-turun sesuai dengan mood saya. Jadi, saya memilih untuk menjual para baju "penyemangat" tersebut. Kalau pakaian yang masih bisa dipakai, saya taruh di lemari yang berbeda, siapa tahu suatu hari masih bisa digunakan. Perjalanan hidup minimalis saya masih proses. Hehe.. belum bisa sepenuhnya minimalis.Â
Karena selain yang saya baca di buku Goodbye Things, ada beberapa artikel dan tontonan YouTube yang memuat tentang hidup minimalis, pakaian yang yang digunakan untuk para minimaliser adalah pakaian yang nyaman dikenakan, tanpa perlu mengikuti model yang sedang trend, dan pakaian yang memang benar digunakan.Â
Kategori beres-berberes saya baru ditahap sana. Karena saya belum ada waktu lagi untuk beberes.Â