2
Work Hard selalu menjadi pedoman bagi kita yang bekerja, dengan anggapan akan meraih masa depan yang gemilang.
Ada yang bekerja dari pagi sampai tengah malam, bahkan ada yang bersedia mendapatkan jam lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya. Dengan begitu, kita agak berharap kinerja kita bisa dilihat oleh atasan dan dihargai karena kita mencurahkan semua waktu dan tenaga untuk bekerja.
Tapi apakah kita bekerja dengan cara seperti itu benar berguna bagi kita? Atau hanya membuat kita menjadi lelah, cepat hilang konsentrasi dan tidak memiliki waktu untuk diri sendiri dan keluarga?
Kita bisa jadi hanya menyia-nyiakan banyak waktu dan tenaga untuk bekerja, tapi rasa-rasanya tidak menghasilkan apapun. Atasan pun bisa jadi malah memberikan lebih banyak pekerjaan sebagai penghargaan atas kerja keras kita.
Ketika saya bekerja sebagai guru Kindergarten, saya benar-benar berusaha bekerja keras agar mendapatkan predikat hard worker oleh atasan. Di saat orang lain istirahat, saya bekerja. Di saat orang lain akan pulang, saya pun masih bekerja. Tapi saya bingung juga, saya sebenarnya mengerjakan apa, karena rasanya tidak selesai-selesai.
Saat hari evaluasi guru, saya pikir saya akan mendapatkan pujian dari atasan. Ternyata oh ternyata, bukan pujian yang saya dapatkan, melainkan teguran keras. Karena saya terlalu menghabiskan waktu untuk bekerja, tapi tidak memperhatikan kesehatan dan stamina saya.Â
Sebagai guru Kindergarten, tentu kesehatan dan stamina yang prima dibutuhkan untuk mengimbangi kelincahan murid-murid yang sedang dalam masa aktif dan lincah, serta banyak bertanya.
Saya diminta untuk work smart, jangan hanya work hard.
Saya bingung dengan apa yang beliau katakan. Namun saya tidak meminta penjelasan lebih, karena saya merasa kecewa hasil kinerja saya tidak dihargai sama sekali.