Mohon tunggu...
Nana Aminah
Nana Aminah Mohon Tunggu... -

Praktisi Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Genk "Sayangku".. Genk Anakku

31 Juli 2012   04:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:25 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bergegas, anakku mungil berlari kecil menemuiku dan kekasihku. Wangi khasnya, dengan shampoo dan bedak bayi, menggoda naluriku untuk menciuminya.. Sabtu sore adalah waktu indah baginya bisa “ngobrol” (ini istilah yang digunakannya sendiri), dan bermain sepeda dengan teman-temannya.. Badan mungilnya lincah mengayuh sepeda, yang menurut ukuranku, terlalu cepat bagi anak seusianya. Belum lama, tangannya terluka karena jatuh sepulang sholat magrib di masjid. Tidak menangis, hanya merajuk sedikit. Begitu lukanya tersentuh tangan penuh cinta yang ku punya, hilang pedih dan sakitnya, katanya.. Lucu..

Di usianya yang sudah 7 tahun, anakku mungil masih senang di dekap, di ciumi, bahkan tidur berpelukan denganku, kekasihku, tetapi tidak dengan kaka semata wayangnya. Entah apa alsannya. Tetapi keduanya “bersahabat baik”. Bermain bersama, membaca bersama, bahkan sang kaka tak bosan menyiapkan “pesanan makanan” adik kecilnya yang lucu. Terkadang keduanya berselisih, tetapi tak butuh waktu lama, keduanya kembali saling merindu. Aku belajar cinta kasih dari keduanya.

Sabtu sore, dengan keringat di dahi, anakku mungil masuk ke rumah cinta kami dengan senyum khasnya, yang selalu mampu memperlihatkan deretan giginya yang besar dan sedikit tak teratur. Mata bulatnya berbinar tanda bahagia. Baju yang dikenakannya, berwarna kuning dengan gambar seekor burung dengan alis segaris seperti sedang marah (Anakku bilang itu gambar angry bird), celana hitam dengan gambar yang sama, menambah keceriaannya. Dia bercerita, katanya,”Dede sekarang udah jadi anggota GENK dong...”. Kami semua tersentak sejenak. Sambil tersenyum aku bertanya, GENK apa. Masih dengan senyum khasnya, anakku mungil menjelaskan, “GENK yang anggotanya Aji, Ian, sama Dede. Tadi udah ngobrol dong..”. Kekasihku masih tersenyum, bahkan lebih lebar dibanding sebelumnya, sambil bertanya,”Apa namanya GENK nya, De?”. Masih dengan ceria, anakku mungil menjawab,”nama GENK nya, GENK SAYANGKU..”. Sontak aku, kekasihku, dan kakanya, tertawa... dan aku menyambutnya dengan kalimat pujian,”bagus De, nama GENK nya..”. Yang aku tau, ketiganya anak seusia yang rajin sholat di masjid bersama. Saling menjemput. Membuat janji bermain sepeda di taman perumahan. Bahkan janji ngobrol di malam minggu, di teras rumahku.

Ku biarkan anakku mungil belajar dari lingkungannya. Ku biarkan anakku belajar mengembangkan empati dan potensinya. Ku biarkan anakku belajar berorganisasi dan bekerja sama. Ku biarkan anakku belajar me-manage waktu. Ku biarkan anakku menjadi cerdas dengan memberinya kebahagiaan... GENK SAYANGKU, dimana anakku mungil bergabung, membuatnya memiliki hari dengan waktu yang digunakan secara positif. Berkeringat karena bersepeda, sholat tepat waktu di masjid, bertujkar cerita, dan lain-lain.. Dan inilah pelajaran yang dia berikan dengan GENK-nya, bahwa manusia membutuhkan manusia lain untuk membuat hidup menjadi lebih berarti... (Luv u full, Dede... *__*)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun