Mohon tunggu...
Nanaimut
Nanaimut Mohon Tunggu... Akuntan - Meraih mimpi

Seorang gadis yang ingin menjadi lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cinta dan Rasa Sakit

21 November 2020   21:45 Diperbarui: 21 November 2020   21:47 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Orang bilang jatuh cinta itu menyakitkan.
Orang bilang mencintai itu menyakitkan.
Lantas apa hal yang tak menyakitkan di dunia ini?

Jika cinta kau jadikan alasan sebagai awal dari rasa sakit, bagaimana kau bisa mencintai diri sendiri? Bagaimana kau bisa menerima hidupmu? Bagaimana kau bisa menjalani kehidupanmu?
Bukankah kau terlahir dari cinta kedua orang tuamu?
Bukankah saat ini kau masih bisa menghirup udara karena Tuhanmu begitu mencintaimu?
Sehingga ia memberikan kehidupan yang begitu nikmat ini kepadamu.

Jika cinta itu menyakitkan, lantas mengapa cinta menjadi obat dari segala rasa sakit?
Mengapa cinta dan kasih sayang dari ibumu bisa membuatmu nyaman?
Mengapa cinta dari teman-temanmu bisa membuatmu tertawa?
Mengapa cinta dari seseorang yang kau cintai bisa membuatmu begitu bahagia?
Apakah itu yang kau sebut rasa sakit?

Biar aku katakan padamu apa itu rasa sakit.
Diacuhkan, ditinggalkan, penolakan, itu rasa sakit.
Apakah cinta yang menyebabkannya?
Aku rasa sangat tidak bijak jika kamu menjadikan cinta sebagai alasanmu.

Rasa sakit itu timbul dari ekspektasimu belaka.
Jika kau tak terlalu menaruh harapan tinggi, akankah kau kecewa?
Jika kau selalu bersyukur, akankah kau mengeluh?

Cintalah yang menjadi penawar dari semua rasa sakit itu.
Tanpa cinta dari Tuhanmu, kau takkan bisa bertahan dengan hatimu yang lemah itu.
Bukankah Tuhan meletakkan cinta dalam hatimu agar kau bisa memahami arti dari hidup ini?

Lantas apakah cinta masih menjadi alasan atas rasa sakit dalam hidupmu?!

||*Kalimat rasa||
||*South Sumatera, 18 Mei 2020||

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun