Orang bilang jatuh cinta itu menyakitkan.
Orang bilang mencintai itu menyakitkan.
Lantas apa hal yang tak menyakitkan di dunia ini?
Jika cinta kau jadikan alasan sebagai awal dari rasa sakit, bagaimana kau bisa mencintai diri sendiri? Bagaimana kau bisa menerima hidupmu? Bagaimana kau bisa menjalani kehidupanmu?
Bukankah kau terlahir dari cinta kedua orang tuamu?
Bukankah saat ini kau masih bisa menghirup udara karena Tuhanmu begitu mencintaimu?
Sehingga ia memberikan kehidupan yang begitu nikmat ini kepadamu.
Jika cinta itu menyakitkan, lantas mengapa cinta menjadi obat dari segala rasa sakit?
Mengapa cinta dan kasih sayang dari ibumu bisa membuatmu nyaman?
Mengapa cinta dari teman-temanmu bisa membuatmu tertawa?
Mengapa cinta dari seseorang yang kau cintai bisa membuatmu begitu bahagia?
Apakah itu yang kau sebut rasa sakit?
Biar aku katakan padamu apa itu rasa sakit.
Diacuhkan, ditinggalkan, penolakan, itu rasa sakit.
Apakah cinta yang menyebabkannya?
Aku rasa sangat tidak bijak jika kamu menjadikan cinta sebagai alasanmu.
Rasa sakit itu timbul dari ekspektasimu belaka.
Jika kau tak terlalu menaruh harapan tinggi, akankah kau kecewa?
Jika kau selalu bersyukur, akankah kau mengeluh?
Cintalah yang menjadi penawar dari semua rasa sakit itu.
Tanpa cinta dari Tuhanmu, kau takkan bisa bertahan dengan hatimu yang lemah itu.
Bukankah Tuhan meletakkan cinta dalam hatimu agar kau bisa memahami arti dari hidup ini?
Lantas apakah cinta masih menjadi alasan atas rasa sakit dalam hidupmu?!
||*Kalimat rasa||
||*South Sumatera, 18 Mei 2020||
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H