"Pokoknya ke pantai titik" Ucapku menutup perdebatan lewat telepone dengan temanku.
"Iya non,dasar mau ngapain sih panas-panas ke pantai?? Jawabnya memojokkanku.
Seperti biasanya aku sama teman-temanku selalu merencanakan liburan bareng. Maklumlah aku hanya dapat jatah sebulan sekali libur,beda dengan teman-temanku yang lain mereka dapat jatah libur tiap hari minggu dan tanggal merah. Ehm.. tak apalah toh aku menikmatinya dengan santai.
Hari yang kami nantikan tiba,ah rasa-rasanya tak sabar aku ingin berbagi canda dan santai dengan mereka. Kami janjian bertemu di MTR Shau Kei Wan exit A. Lepas itu kami naik Bus no.9 jurusan Stanley. Kumelihat wajah-wajah mereka ceria seakan beban mereka lepas di hari itu. Maklumlah setelah lelah dengan rutinitas selama 6 hari penuh. Hari minggu-lah yang tepat untuk me-refresh otak dari kepenatan-kepenatan.
Setibanya kami di Stanley Beach.segera kami menyewa tenda dan tikar untuk sekedar berteduh dan menaruh barang-barang. Kami sengaja memilih tempat yang tak jauh dari bibir pantai.
P-A-N-T-A-I 6 huruf yang sangat mudah di eja namun aneh kami masih belum bisa menaklukan 0mbak. Ada sedikit rasa minder ketika bisa melihat mereka-mereka yang pandai berenang. Apalagi aku melihata teman-temanku satu persatu mulai menunjukkan kebolehannya. Entah pake gaya apa,yang penting bagi mereka bisa menahan nafas dan bergerak di air. Tawa-tawa kami memecah kesunyian seolah kami-lah orang ter-happy di sini. Ha..ha..ha..
Air lautan yang asin lagi-lagi mengurugkan niatku tuk berenang. Kubenamkan kepalaku pada ban pelampung,dan dengan gerakan-gerakan kecil mulai bermain sambil sesekali melihat temanku beradu kecepatan renang. Mulai timbulah rasa iriku,"Kenapa mereka bisa sedang aku hanya mematung berdiri tak sebebas gerakan mereka " Batinku.
"Euy,menengah kesini wex gabung dengan kita,gak usah takut. Tuh pelampungnya dah siaga" Teriaknya seakan mengejekku.
Sekali lagi kutegaskan "Aku takut air,tak usah memaksaku-lah" Jawabku spontan saja.
"Eleuh.. eleuh siapa yang ngeyel kemarin mengajak liburan kesini" Dilepaskannya dengan paksa pelampung dari kepalaku.
Uh.. Nyebelin banget pokoknya. Jadilah aku abdi yang tunduk pada rajanya sore itu.
"Huaaa....aaaa!!!" Sambil nyengir saja aku.
Mereka mulai mengajari tentang dasar-dasar berenang. Entahlah aku cuma nurut saja ketika mereka mulai menyuruhku untuk menenggelamkan kepalaku tanpa nafas.
Sekiranya latìhan nafasku sedikit OK, mereka mulai mengajariku gerak. Sekonyong-konyongnya kugerakan tangan dan kakiku tanpa irama. Walah kuberhentikan langkahku karena mulutku tak mampu menahan nafas. [ hahahahaha...sebenarnya malu lo ceritain ini ].
Perlahan-lahan aku mulai bisa berlatih keseimbangan dan pernafasan, ehm seru juga ternyata. Kumulai mengisyaratkan kepada mereka mau sebentar saja ke tenda untuk minum. Kupercepat langkahku,haus ya haus sekali rasanya. Sekitar 15-an menit aku beristirahat di Tenda. Mataku mulai menerawang sesekali bermain pasir sambil memperhatikan senja yang muli berwana kuning keemasan. Langkahku kian mendekati bibir pantai,kurasakan ada tangan yang menuntunku untuk berjalan mengikutinya. Apalagi kuperhatikan teman-temanku telah bergabung dengan sekawanan anak-anak kecil di sana. Segera kusambut wajah-wajah polos disekitarku. Duh lucunya mereka-pun tak sungkan-sungkan mengajakku bermain.
"Cece, kolei lah !" Ucapnya serentak.(1).
Kudekati mereka yang mulai bergelayutan manja ditanganku."
"Dong ngotei yatjai wan a,ho mo a?" Rengeknya meminta persetujuanku.(2)
"Hoak..." Jawabku singkat.(3)
"Hoye...kamyat ngotei hou hoisam a...". (4)
Mulailah aku bermain dengan mereka, tawa-tawa gembiranya seakan menentramkan hatiku memaksaku tuk mengikuti tawanya. "Ah dasar anak kecil memang butuh suasana yang baru" Batinku.
Apalagi aku juga telah terbiasa bermain-main dengan anak yang aku asuh. Jadi sedikit tahulah selera mereka apa. Ah mataku tetap tak mau fokus pada 1 orang. Tanpa sengaja kuperhatikan sesosok anak kecil disudut pojok sana. Matanya sedikit pucat kelihatannya ada misteri yang tersembunyi. Aneh kenapa dia tak bergabung dengan teman-teman yang lain. Pikirku berusaha menerka-nerka. Segera kumenghampirinya.
"Mui-mui timkai lei cikei yatkoyan haito keh, yatjai dong ngotei wan cukmai jong ho mo a?" Sapaku.(5)
Disodorkannya boneka kepadaku.
"Ngo Em yiu, em yiu a. Cece bui Ngo wan kungcai tak em tak a? (6).
"Tak.. lei lah!" (7).
Kusambutnya mui-mui tersebut dengan pelukan. Mulailah aku dan dia bermain agak memisah dengan teman-teman sebayanya. Wajah yang pucat tadi sedikit demi sedikit mulai tersenyum cerah. Secerah bunga-bunga yang bermekaran di pagi hari. Ceille ha.. ha.. ha..
Cukup lama aku bermain dengan mereka, kumulai kehausan. Mulai kutoleh kanan-kiri disekitarku. Upss.. Yes ada botol minum dimeja sebelah sana.
"Tang yat can a, cece yiu yam soi sin" Pamitku.(8)
"Hoak,ngo haito tang lei Cece" masih sibuk dengan bonekanya. Tanpa memperhatikan kepergianku. (9)
Bergegaslah kumenghampiri meja tersebut. Segera kutuang minuman kedalam gelas bergambar putri salju berwarna pink. Belum sampai minuman itu masuk ke tenggorokanku,tiba-tiba sebuah benda keras mendarat di pipiku.
"Plaaak..." Berusaha menahan sakit. Sembari kubuka mata lebar-lebar. Samar-samar kutemui wajah sahabatku mengeliliku tangan mereka segera menarikku kepinggiran pantai. "Aku masih bingung,kenapa tega-teganya menamparku". Batinku.
"Elis, kenapa kamu tak mendengar teriakan kami. Hari semakin senja,kenapa kamu semakin ketengah pantai. Kamukan belum begitu pandai berenang", ucap Ririn sahabatku.
"Bukankah kalian tadi pergi bersama denganku. Malah kalian bermain-main dengan anak kecil disampingku" Jawabku berusaha menyembunyikan rasa penasaranku.
"Apaa....... !!! Anak-anak kecil???" Seru mereka bersamaan,terkejut dengan apa yang barusan aku katakan. Mata mereka melotot seakan ingin menelanku mentah-mentah.